Borussia Dortmund mengawali paruh musim kedua dengan kemenangan dan sebuah model permainan yang baru. Model permainan ini tidak menjauh dari filosofi juego de posicion yang diadopsi Tuchel ketika dia menangani Dortmund. Pada paruh musim pertamanya terhitung sukses, terdapat sedikit cela. Tidak adanya rencana B membuat strategi Tuchel beberapa kali menghadapi kesulitan.
Sejumlah percobaan untuk menerapkan model permainan baru sempat dilakukannya di pentas Liga malam Jum’at Eropa, namun tidak dapat dikatakan sukses. Selama jeda tengah musim Dortmund melakukan sejumlah latih tanding untuk mematangkan model permainan baru ini, dan tampak lebih sukses.
Hasil yang lebih terlihat tentu saja ketika mereka bertandang ke markas Borussia Monchengladbach yang pada awal musim mereka gilas dengan skor telak 4-0. Die Fohlen sekarang memang tidak lagi ditangani Lucien Favre. Sang pengganti – Andre Schubert – sempat mengatrol performa timnya, bahkan mereka juga sempat menaklukkan raksasa Jerman yang diasuh Guardiola!
Namun sejumlah permasalahan dalam sistem permainan Schubert mulai muncul. Terutama dalam mekanisme pertahanan mereka, yang paling mencolok adalah ketika mereka dihajar oleh Bayer Leverkusen 5-0.
Jadi, tajuk dari pertandingan ini sebenarnya adalah tim mana yang paling berhasil melakukan perubahan. Tentu saja Anda sudah tahu dari judul di atas, namun saya akan memberikan sejumlah paparan detail yang cukup menarik.
Susunan pemain yang diturunkan oleh kedua pelatih dapat Anda lihat dari diagram berikut ini. Terdapat beberapa perubahan dari skuat ideal yang biasa dilihat, seperti absennya Xhaka yang digantikan Nordtveit, Dominguez yang digantikan Elvedi, Kagawa yang digantikan Castro serta Schmelzer yang digantikan oleh Joo Hoo Park.
Perlu digaris bawahi bahwa pergantian-pergantian dalam susunan pemain ini bukanlah yang memengaruhi perubahan model permainan yang diterapkan oleh Tuchel.
Model permainan awal
Sebagaimana yang kita tahu dalam model permainannya, Tuchel akan sangat mengandalkan pressing resistance Gundogan dan kemampuan passing akurat Hummels untuk dapat keluar dari lini pertama dengan stabil.
Formasi dasar 1-4-2-3-1 yang digunakan Dortmund akan mengalami transposisi ke 1-2-3-5 atau 1-3-1-3-3 untuk memfasilitasi kemampuan kedua pemain tersebut. Gundogan yang bermain sebagai no. 8 akan bergeser jauh ke halfspace kanan dan berperan sebagai pseudo fullback kanan / pseudo halfback kanan. Sedangkan Hummels akan bergeser ke halfspace kiri dan berperan sebagai stopper kiri atau halfback kiri.
Transposisi dari kedua peran ini tergantung pada ada atau tidaknya akses vertikal yang dimiliki pemain bebas di lini pertama untuk mengalirkan bola ke depan. Transposisi peran ini sebenarnya hanyalah istilah, kemunculannya tergantung pada berapa pemain yang dilibatkan di lini pertama dalam melakukan build-up.
Gambar di atas menunjukkan bagaimana model permainan yang dimaksudkan. Dengan model permainan seperti ini Dortmund dapat mengubah berapa pemain yang harus terlibat di lini pertama dengan sangat fleksibel. Mereka juga kemudian dapat memiliki pemain bebas dari lini pertama yang sangat mumpuni dalam mengalirkan bola ke depan, yaitu Gundogan atau Hummels.
Dengan demikian mereka dapat dengan mudah melakukan overload di depan dan memaksa lawan untuk bertahan lebih dalam. Untuk memecah kerapatan pertahanan lawan yang bertahan dalam ini Dortmund memiliki pemain seperti Mkhitaryan, Reus, Kagawa, Castro dan Aubameyang yang memiliki pressing resistance sangat baik sehingga mampu bermain di ruang sempit. Serangan mereka akan menjadi semakin kuat ketika Gundogan datang dari lini pertama untuk melakukan overload.
Masalahnya dengan model permainan ini adalah kerentanan mereka terhadap serangan balik lawan. Pertama, sekalipun mereka menerapkan gegenpressing yang didukung dengan struktur posisi yang baik, stabilitasnya dalam beberapa momen tidak cukup bagus. Hal ini karena pemain yang berperan sebagai “fullback” adalah Gundogan, bukannya Piszczek atau Ginter.
Kedua, dalam beberapa momen Hummels juga akan bergerak maju untuk menciptakan overload sehingga hanya meninggalkan satu bek tengah dan Weigl untuk mengantisipasi serangan balik. Tentu saja ini bukan ide yang bagus.
Model permainan baru
Model permainan di ataslah yang bertanggung jawab pada sejumlah serangan balik lawan yang diderita Dortmund musim ini. Terutama ketika melawan tim-tim yang sangat baik dalam menerapkan man marking, karena akan sulit untuk menemukan pemain bebas.
Terlebih melakukan man marking terhadap tim yang memiliki struktur posisi yang baik, ketika berhasil merebut bola akan memiliki struktur posisi yang baik pula untuk kemudian dapat melakukan serangan balik.
Untuk mengatasi hal ini, Tuchel mencoba sebuah model permainan yang berbeda. Dalam beberapa pertandingan persahabatan yang dilakukannya selama jeda paruh musim terlihat cukup sukses, meskipun sebenarnya terdapat sejumlah kelemahan. Termasuk pada lanjutan Bundesliga ketika melawan M’Gladbach ini.
Model permainan baru yang diterapkan Tuchel dapat dilihat dari gambar di atas. Kedua fullback tidak lagi mengambil posisi tinggi, sejajar dengan kedua sayap yang masuk ke halfspace. Mereka akan berada sejajar dengan Weigl atau kedua pemain no. 8.
Gundogan juga tidak lagi mengambil posisi pseudo fullback, dirinya tetap berada di tengah di depan Weigl bersama Castro. Model permainan ini sebenarnya merupakan ide yang bagus untuk memberikan stabilitas yang lebih baik ketika melakukan gegenpressing.
Permasalahannya adalah Gundogan (dan Castro) dapat dengan mudah diisolasi di area sentral oleh pemain-pemain M’Gladbach. Keduanya – terutama Gundogan – tidak terlibat banyak dalam build-up. Tuchel tampaknya ingin memanfaatkan pressing resistance Gundogan di posisi yang lebih tinggi yang dikombinasikan dengan Mkhitaryan, Castro, Aubameyang, dan Reus.
Hanya saja Dortmund tidak dapat dengan mudah keluar dari lini pertama. Sirkulasi bola ke area sentral dapat dengan mudah di blok oleh pemain-pemain M’Gladbach. Dalam situasi seperti inilah kemampuan Gundogan sangat dibutuhkan, untuk membawa bola keluar dari lini pertama.
Permasalahan kedua adalah tidak adanya pemain bebas di lini pertama, karena M’Gladbach melakukan pressing dengan melibatkan dua pemain di lini pertama ditambah Dahoud yang menjaga Weigl. Sehingga sirkulasi bola Dortmund pada akhirnya berakhir di kedua fullback di mana akses ke tengah telah ditutup. Selain itu, kedua fullback ini bukanlah pemain yang mampu membawa bola keluar dari lini pertama dengan sangat baik.
Dalam beberapa momen pemosisian kedua fullback ini sering terlalu tinggi, sehingga koneksi yang dimiliki oleh lini pertama terganggu. Sehingga sirkulasi bola akan berakhir dengan umpan panjang. Hal ini bukanlah cara yang baik untuk melakukan penetrasi ke area pertahanan lawan namun dengan tetap mempertahankan kontrol terhadap situasi permainan.
Cara terbaik yang dimiliki Dortmund adalah melalui kombinasi di halfspace antara fullback, no. 8 dan kedua sayap. Ketika dieksekusi dengan baik, Dortmund dapat menemukan pemain bebas di ruang antarlini.
Namun hal ini juga bukan murni atas usaha dari pemain-pemain Dortmund, karena pada dasarnya struktur yang digunakan M’Gladbach ketika melakukan pressing kurang stabil. Mereka meninggalkan area sentral dalam situasi menderita overload 2vs1.
Hal ini diakibatkan oleh man marking yang dilakukan Dahoud kepada Weigl, sehingga membuatnya kurang fleksibel dalam mengontrol area sentral. Situasi overload ini pulalah yang mengakibatkan dalam beberapa momen umpan-umpan panjang yang dilakukan Dortmund menjadi efektif.
Salah satu contohnya ketika Gundogan bergerak bebas di ruang antarlini setelah menerima bola dari Mkhitaryan hasil kombinasi di halfspace kiri bersama Castro dan Weigl. Sayang tembakan Gundogan hanya membentur tiang gawang.
Hanya memiliki sedikit opsi untuk keluar dari lini pertama tentu bukanlah strategi yang bagus. Permasalahan lainnya yang juga cukup krusial adalah berkurangnya penggunaan area sayap bagian depan untuk menyerang.
Hal ini dikarenakan area sayap telah digunakan di bagian bawah – di lini pertama – untuk keluar dari tekanan lawan. Jadi, dalam pertandingan ini Dotmund tampak kesulitan untuk merenggangkan tekanan lawan di mana dengan model permainan sebelumnya merupakan hal yang sangat mudah mereka lakukan.
Perubahan
Pada babak kedua, kedua tim masih menerapkan taktik yang sama. Namun dalam beberapa momen terdapat pergerakan-pergerakan taktikal yang sebenarnya bukan bagian dari instruksi permainan.
Misalnya dalam beberapa kesempatan Gundogan akan bergerak ke halfspace kanan bagian bawah, sedangkan Piszczek bergerak naik. Pergerakan ini membentuk struktur yang biasa mereka gunakan. Dan tidak mengejutkan ketika struktur ini muncul sirkulasi bola Dortmund menjadi lebih baik, hanya saja pada saat itu pula beberapa serangan balik berbahaya yang dilakukan M’Gladbach berasal.
Sementara itu M’Gladbach – terutama setelah tertinggal dua gol – dalam beberapa momen memilih untuk merenggangkan blokade aliran bola ke area sentral. Akibatnya Dortmund dapat mengalirkan bola ke tengah yang berujung pada serangan berbahaya pula. Perenggangan blokade ini muncul diakibatkan oleh buruknya pemosisian para pemain di lini pertama M’Gladbach ketika melakukan pressing.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil pertandingan, model permainan baru yang diterapkan Tuchel dapat dikatakan berhasil. Bahkan model statistik di atas yang diterbitkan oleh Michael Caley juga mengatakan bahwa Dortmund tampak mengontrol jalannya pertandingan.
Namun secara permainan terdapat banyak isu negatif yang membayangi, terutama dalam hal pengintegrasian Gundogan ke dalam permainan. Sementara itu M’Gladbach – setelah melakukan post Favre comeback – kini justru mengalami penurunan performa. Hal ini tidak lain disebabkan oleh sistem permainan mereka sendiri di mana fleksibilitas untuk mengontrol area sentral sangatlah buruk.