Peran Muhammadiyah dalam Sepakbola Indonesia

Jangan lupakan bahwa ketua Pengurus Pusat Muhammadiyah (1942 – 1953) adalah pendiri Kauman Voetbal Club (KVC) yang kelak dikenal dengan nama PS HW.

Universitas Muhammadiyah Surabaya (UMSurabaya) menjadi buah bibir di media massa dan media sosial setelah secara resmi menjadi sponsor Persebaya. Perguruan tinggi yang berlokasi di ibu kota provinsi Jawa Timur ini menjalin kesepakatan sebagai sponsor Bajol Ijo melalui penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) pada tanggal 17 Februari 2020 kemarin.

Tujuh hari setelah penandatanganan MoU antara UMSurabaya dan Persebaya, Pengurus Wilayah Muhammadiyah Jawa Timur mengambilalih status kepemilikan klub Semeru FC Lumajang. Nama Hizbul Wathan lantas disematkan ke klub Liga 2 tersebut. Selama bulan Februari 2020, mereka menghiasi pemberitaan rubrik olahraga di berbagai media.

Jejak kiprah mereka dalam sepakbola Indonesia telah berjalan beririsan dengan sejarah sepakbola Indonesia. Semuanya diinisiasi oleh Abdul Hamid, salah satu santri dari pendiri Muhammadiyah, K. H. Ahmad Dahlan.

Abdul Hamid merupakan tokoh penting dalam pendirian Perserikatan Sepakbola Indonesia Mataram (PSIM) dan pernah menjadi ketuanya. Kiprah emasnya dalam sepakbola Indonesia adalah ketika bahu membahu bersama Ir. Soeratin Sosrosoegondo dan para perintis awal sepakbola Indonesia, mendirikan Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI).

Abdul Hamid tercatat juga menjadi pemain sepakbola yang memperkuat Persatuan Sepakbola Hizbul Wathan (PS HW) di Yogyakarta. PS HW inilah yang kemudian berkembang di kota-kota lain. Umumnya, setelah nama PS HW disematkan nama kota asal klub itu. Nama HW juga identik dengan kepanduan Muhammadiyah yang didirikan oleh K. H. Ahmad Dahlan. Abdul Hamid tercatat juga aktif di Padvinder (Kepanduan) yang menjadi cikal bakal Hizbul Wathan (HW).

Selain mendirikan PSIM dan PSSI, serta menjadi pemain untuk PS HW, Abdul Hamid bersama Soeratin meninggalkan jejak berupa lapangan sepakbola Asri di Kuncen, Wirobrajan, Yogyakarta. Lapangan ini sekarang berada di dalam Asri Medical Center (AMC). Lapangan ini sudah tidak berfungsi optimal untuk sepakbola sejak PS HW memindahkan latihannya di lapangan sepakbola kampus terpadu Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY).

BACA JUGA:  Tak Ada Turnamen Pra-Musim di Indonesia

PS HW Yogyakarta yang sejak dikelola UMY bernama PS HW UMY merupakan klub peserta Liga 3. Klub ini memiliki lapangan yang cukup representatif, serta dikenal dengan kiprah sekolah sepakbolanya. Selain PS HW UMY, ada juga klub Liga 3 yang dimiliki oleh perguruan tinggi Muhammadiyah yaitu Universitas Ahmad Dahlan (UAD) FC. Sesuai namanya, klub ini dimiliki oleh Universitas Ahmad Dahlan yang juga berlokasi di Yogyakarta.

Di Solo, Muhammadiyah memiliki simbiosis yang erat dengan Persis. Muhammad Ilham Syifai dalam artikelnya berjudul Simbiosis Persis Solo dengan Harakah Muhammadiyah yang dimuat dalam buku Merawat Sepakbola Indonesia (2019), menyebutkan bahwa PS HW Solo yang menjadi klub internal Persis berdiri dalam tahun yang sama dengan Persis yaitu 1923. Tokoh Muhammadiyah dari Solo yang berasal dari PS HW Solo, A. E. Said, menjadi ketua umum Persis pada tahun 1954 hingga 1959.

Sepak terjang mereka kepada Persis terlihat ketika klub kebanggaan warga Solo tersebut belum memiliki kantor. Sebelum tahun 1954, Balai Persis belum berdiri. Muhammadiyah memberikan sepetak ruang di Balai Muhammadiyah Solo sebagai kantor tim berjuluk Laskar Sambernyawa itu. Muhammad Ilham Syifai menyebut bahwa nama kantor sekretariat yang digunakan Persis identik dengan nama gedung milik Muhammadiyah yaitu “Balai”.

Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) juga ikut mewarnai perjalanan organisasi yang berdiri sejak 1912 itu dalam sepakbola Indonesia. Ketika Arema Malang mengalami kesulitan keuangan untuk berlaga di babak delapan besar musim kompetisi sepakbola Indonesia tahun 2000, UMM mengulurkan bantuan. Di tahun 2018, UMM juga melakukan MoU dengan Arema FC untuk kerja sama penyediaan lapangan UMM sebagai lokasi latihan Singo Edan.

Langkah sayap-sayap Muhammadiyah di sepakbola juga terlacak di Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (UMSIDA) yang bekerja sama dengan Persebaya U-19. Universitas ‘Aisyiyah (UNISA) yang bekerja sama dengan PS Sleman, dan di kota-kota lain yang bisa terus dilacak dan dicatat.

BACA JUGA:  Membawa Sepakbola ke Musi Banyuasin

Kiprah Muhammadiyah dalam sepakbola Indonesia yang terukir di masa lalu, kini mulai terkembang lagi. Sebagai organisasi dengan amal usaha yang tersebar di berbagai kota, para pengurus di berbagai daerah bisa menapak jejak gerakan Muhammadiyah dalam sepakbola Indonesia.

Kampus dan sekolah Muhammadiyah bisa mengembangkan sepakbola melalui ekstrakurikuler, membangun sekolah sepakbola, atau bahkan menerjunkan tim di Liga 3 seperti yang dilakukan UAD dan UMY. Stok pemain bisa berasal dari para pelajar, mahasiswa dan siswa Sekolah Sepak Bola (SSB).

Lapangan sepakbola tersedia di berbagai kampus Muhammadiyah. Kesulitan klub mencari lapangan latihan teratasi dengan fasilitas lapangan sepakbola yang dimiliki oleh kampus Muhammadiyah.

Kampus, rumah sakit, dan amal usaha Muhammadiyah yang lain dapat bekerja sama dengan klub Liga 1 sampai Liga 3 dengan beragam skema. Skema sponsorship seperti UMSurabaya dengan Persebaya, penyediaan beasiswa bagi pemain sepakbola seperti UMSIDA dan Persebaya U-19, penyediaan fasilitas kampus seperti UMM yang menyediakan lapangan latihan untuk Arema FC, dan UNISA Yogyakarta yang meyediakan fasilitas fisioterapi bagi PSS.

Jangan lupakan bahwa ketua Pengurus Pusat Muhammadiyah (1942 – 1953) adalah pendiri Kauman Voetbal Club (KVC) yang kelak dikenal dengan nama PS HW. Dari klub ini lahir Muhammad Djamiat Dalhar yang menjadi bintang Persija dan tim nasional Indonesia era 1950 – 1960-an. Semoga kiprah mereka dapat melahirkan Djamiat Dalhar baru.

Komentar
Dosen Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.