Deretan Laga Penuh Resiko sebelum Menggila di Qatar

Bendera kontestan Piala Dunia dikibarkan di Doha Corniche Qatar
Bendera kontestan Piala Dunia dikibarkan di Doha Corniche Qatar. (thepenisulaqatar.com)

Deretan laga penuh resiko menghantui para pesepakbola sebelum menggila di Piala Dunia Qatar 2022. Jadwal kompetisi sepakbola yang padat musim ini menyebabkan efek domino terhadap pemain, klub, maupun negara yang berpartisipasi di Piala Dunia November mendatang. Satu faktor saling mempengaruhi satu sama lain sehingga berpotensi menyebabkan pertandingan tidak berjalan secara ideal dan penuh resiko.

Pasca jeda internasional September, para pemain kembali ke klub untuk melanjutkan kompetisi domestik dengan waktu istirahat hanya sekitar 3 hari, sebelum pada pertengahan November mendatang mereka yang terpilih akan kembali merapat ke timnas dan bertanding di Piala Dunia.

Dalam kurun waktu enam minggu, klub-klub Eropa rata-rata akan memainkan 10 pertandingan. Terlebih untuk klub top Eropa yang juga berkompetisi di Liga Champions, Liga Eropa, atau Coference League, total 13 laga harus mereka jalani sebelum para pemain berangkat ke Qatar.

Kondisi masing-masing klub maupun negara pun beragam. Misalnya Liverpool, yang harus mendulang banyak poin selama enam minggu ke depan dengan jadwal yang sangat padat dan deretan lawan yang tak kalah mengerikan. Di sisi lain mereka juga mendapat keuntungan besar dengan adanya jeda internasional September. Para pemain kunci yang cedera sebagian telah kembali dan siap berjuang di laga-laga krusial.

The Reds mengawali Oktober dengan laga cukup berat melawan Brighton & Hove Albion, di mana dua laga Premier League setelah itu mereka harus menjalani partai besar kontra Arsenal dan Manchester City. Nahas hasil imbang 3-3 kontra Brighton dan kekalahan 2-3 atas Arsenal semakin menenggelamkan harapan mereka untuk bersaing di tangga juara.

Tak sampai di situ, tak ada libur bagi tim-tim yang berkompetisi di Eropa. Di tengah-tengah jeda laga big match itu, mereka punya dua agenda meladeni perlawanan Glasgow Rangers di ajang Liga Champions. Alhasil, Jurgen Klopp harus memutar otak untuk melakukan rotasi. Jika tidak, badai cedera kembali menanti mengingat pertandingan besar berpotensi lebih menguras fisik dan mental dibandingkan laga lainnya. Dampaknya langsung terlihat. Pada pertandingan melawan Arsenal, dua pemain kunci mereka, Luis Diaz dan Trent Alexander-Arnold dibekap cedera.

Di laga besar lain pekan sebelumnya, Derby Manchester juga memakan korban. Penggawa Manchester United dan Timnas Prancis, Raphael Varane mengalami cedera dan ditarik keluar saat babak pertama. Beruntung cedera Varane kabarnya tak terlalu parah. Di Jerman, Derby Der Klassiker antara Borussia Dortmund dan Bayern Munchen juga memakan korban.

Alphonso Davies langsung dilarikan ke rumah sakit karena adanya dugaan gegar otak setelah kepalanya terbentur kaki Jude Bellingham secara tidak sengaja. Konsekuensi big match seperti demikian menjadi mimpi buruk bagi pemain, klub, maupun negara yang berharap penggawa mereka tetap dalam kondisi terbaik saat datang ke Qatar.

Beruntung, Premier League telah sedikit mengantisipasi masalah tersebut dengan meniadakan laga big match yang mempertemukan tim big 6 di pekan terakhir sebelum Piala Dunia. Di liga top Eropa lain juga relatif sama, tak ada laga besar pada minggu kedua November nanti. Negara tertentu juga meminta klub agar mau mengistirahatkan penggawanya sehingga tidak bermain di laga terakhir sebelum ditarik kembali ke timnas. Argentina misalnya telah menyurati klub-klub Eropa agar mengistirahatkan para pemain kuncinya dengan harapan mereka akan punya stamina ideal untuk persiapan turnamen akbar tersebut.

Praktis kebijakan-kebijakan demikian akan mempengaruhi jalannya laga dan kompetisi di liga domestik, terutama di liga top Eropa. Ketakutan akan permainan aman saat klub ingin mencari poin penuh diprediksi bakal terjadi, terutama menjelang pekan-pekan terakhir sebelum Piala Dunia.

Prioritas pemain saling menumpuk dan dipenuhi dilema. Antara klub atau negara sama-sama penting bagi keberlanjutan karier mereka. Jika ingin namanya masuk dalam skuad Piala Dunia tentu para pemain harus memanfaatkan kesempatan terakhir sebelum pemanggilan untuk tampil maksimal. Pengecualian tentu berlaku bagi para mega bintang macam Messi, Ronaldo, Neymar, Lewandowski, dan lain-lain. Namun beda cerita jika mereka juga mendapat cedera saat bertanding di klub.

Sedangkan untuk mengerahkan performa maksimal, mereka dihadapkan dengan jadwal padat yang sangat berpotensi menyebabkan cedera. Contoh seperti kasus Marcus Rashford yang sempat mendekam di ruang perawatan dan melewatkan jeda internasional September bersama The Three Lions. Barcelona mendapat nasib apes usai FIFA Matchday.

Xavi Hernandez, sang pelatih sedang pusing karena Jules Kounde, Memphis Depay, Ronald Araujo, dan Frenkie De Jong mendapat cedera saat FIFA Matchday kemarin. Nama terakhir telah kembali merumput saat Barca menang tipis atas Celta Vigo di jornada ke-8. Sementara mereka masih harus kembali menghadapi Inter Milan pada 13 Oktober dan laga El Classico kontra Real Madrid tiga hari setelahnya.

Dengan demikian, persaingan di liga top Eropa akan semakin sulit diprediksi. Kondisi yang serba padat dan beresiko menyebabkan banyak pemain dan tim harus beradaptasi demi sukses di level klub maupun timnas. Piala Dunia Qatar dipenuhi segudang masalah baik di dalam maupun di luar lapangan. Menurutmu, apa lagi dampak yang bakal merugikan sepakbola itu sendiri?

Komentar
BACA JUGA:  Solidaritas untuk George Floyd dari Atas Lapangan