Mencintai Sepak Bola Lokal dengan Skripsi

Semua ini bermula pada tahun 2005 ketika seorang mahasiswa datang menghampiri saya setelah saya selesai mengajar. “Mas Jun, kenalke (perkenalkan). Aku Pendek. Yo kapan–kapan nonton PSS main,” kata mahasiswa itu dengan rasa percaya diri yang tinggi memperkenalkan dirinya. Saya kemudian berjabat tangan dengannya dan sejak itu kami pun menjadi akrab. Nama lengkapnya Hermawan Handaka, mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) angkatan 2004, namun ia lebih suka dan populer dipanggil dengan sebutan “Pendek”. Namun demikian, saya lebih suka memanggilnya “Hermawan”.

Melalui Hermawan, saya diajak untuk bersua dengan (almarhum) Trimurti Wahyu Wibowo, ketua pertama Slemania dan berinteraksi banyak dengan beliau. Hermawan juga memperkenalkan saya dengan Hempri Suyatna, ketua Departemen Penelitian dan Pengembangan Slemania, yang kini telah bergelar doktor dan menjabat sebagai ketua Program Pascasarjana Sosiatri Universitas Gadjah Mada (UGM). Selain itu, Hermawan juga beberapa kali mengajak saya menonton pertandingan PSS dan PSIM.

Suatu hari, Hermawan datang ke kampus dan membawakan buku berwarna hijau yang berjudul Suporter Sepak Bola Indonesia tanpa Anarkis, Mungkinkah?. Diterbitkan oleh Departemen Penelitian dan Pengembangan Slemania, buku terbitan tahun 2007 berisi laporan riset yang dilakukan oleh sebuah tim yang dikoordinatori Hempri Suyatna. Segera saya mengajaknya ke kantin kampus, untuk nongkrong dengan para mahasiswa. Saya selalu meyakini di kantin kampus, relasi dosen dan mahasiswa menjadi egaliter. Ruang publik di kampus ada di kantin, demikian jika mengikuti pendapat Jurgen Habermas tentang ruang publik.

Di kantin kampus, saya menyampaikan gagasan pada Hermawan untuk menulis skripsi tentang sepak bola lokal sebagai bentuk kecintaan pada sepak bola lokal dan klub di Yogyakarta. Menjadi mudah untuk menulis skripsi jika riset skripsi sealur dengan passion kita, menonton sepak bola, begitu alasan yang saya sampaikan. Akhirnya, Hermawan benar–benar mengajukan judul skripsi “Stereotype dan Fanatisme dalam Konflik Suporter Sepak bola: Studi Etnografi Komunikasi Fanatisme dan Konflik Suporter Slemania dan Brajamusti di Yogyakarta”. Di tengah kesibukannya sebagai aktivis fotografi, Hermawan akhirnya menyelesaikan skripsinya pada tahun 2009 dan kini berkarier sebagai jurnalis foto di Harian Tribun Jateng.

BACA JUGA:  Victoria Concordia Crescit: Dari Arsenal Untuk Dunia

Mengikuti Hermawan, Anggit Wahyu Pradono, mahasiswa Ilmu Komunikasi UMY angkatan 2008 meluapkan cintanya pada PSS Sleman dengan menulis skripsi tentang suporter PSS. Siwok, begitu Anggit akrab dipanggil, melakukan penelitian untuk skripsinya berjudul “Konflik dan Stereotype antara Komunitas Suporter Slemania dan Brigata Curva Sud” (2013). Dalam kesimpulan penelitian yang dilakukan dengan metode etnografi, Anggit menyebutkan bahwa kecintaan yang berlebih kepada tim dapat meredam konflik yang ada, apalagi mereka mendambakan PSS untuk juara.

Di Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), Shodiq Setyawan, seorang mahasiwa Ilmu Komunikasi yang sekaligus seorang fans Persis Solo menarasikan pengalamannya dalam sebuah skripsi berjudul “Konstruksi Identitas Suporter Ultras di Kota Solo: Studi Fenomenologi terhadap Kelompok Suporter Pasoepati Ultras” (2012). Shodiq melakukan observasi terhadap beragam aktivitas kelompok suporter ini sekaligus mewawancarai para aktivisnya. Tidak sulit baginya untuk mendapatkan akses wawancara, karena Shodiq sendiri adalah bagian dari Pasoepati Ultras. Dengan paradigma konstruktivisme yang menjadi perspektif risetnya, kedekatan justru penting dalam penelitian dan penulisan skripsinya.

Pada bagian penutup skripsinya, Shodiq Setyawan yang akrab dipanggil Sondong, menulis sebagai berikut, “Berdirinya Pasoepati Ultras dikarenakan euforia masyarakat Solo dengan bangkitnya klub asli Kota Solo, Persis Solo. Hal lain yang menjadi latar belakang berdirinya Pasoepati Ultras adalah adanya ingin memberikan pemahaman baru dan ingin memberikan suguhan lain tentang cara mendukung sebuah tim, mereka juga memiliki gaya dukungan yang khas, yaitu dengan bendera–bendera besar dan flares. Pasoepati ultras memiliki loyalitas yang tinggi demi tim kebanggaannya, Persis Solo.”

Selain Shodiq, ada pula Adita Giri Prasetyo, seorang mahasiswa Ilmu Komunikasi UMS angkatan 2007 yang sering saya lihat membawa kamera DSLR di pinggir Stadion Manahan, Solo. Kecintaannya pada Persis diejawantahkan dalam sebuah skripsi berjudul “Studi Tingkat Kepuasan Penggunaan Situs Pasoepati.net di Kalangan Suporter Sepak bola (Pasoepati) di Kota Surakarta” (2013). Adita menggunakan teori uses and gratifications dalam melakukan penelitiannya dengan metode acak sederhana (simple random sampling) pada 100 responden. Temuan penelitian Adita memperlihatkan secara umum pengakses situs Pasoepati.net merasa puas dengan tampilan dan isi situs dan serempak terpenuhi kebutuhannya kala mengakses situs ini.

BACA JUGA:  Mendukung PSIS Semarang adalah Perkara Identitas

Skripsi yang dilakukan oleh Hermawan, Anggit, Shodiq dan Adita adalah kisah–kisah tentang kecintaan pada sepak bola dan klub lokal yang tidak hanya berhenti di tribun stadion. Mereka membawa kecintaan mereka pada klub dengan melakukan riset dan menuliskannya dalam bentuk naskah skripsi. Apresiasinya, tatkala skripsi mereka selesai diujikan, para penguji memberi apresiasi nilai A.

Sayangnya, penelitian mereka yang sebenarnya sangat menarik ini hanya berhenti di rak perpustakaan kampus. Tulisan singkat ini berusaha untuk menyiarkan temuan-temuan mereka tentang sepak bola lokal, sekaligus menginisiasi pembaca yang sedang menempuh studi untuk mencintai klub dengan menuliskannya melalui skripsi. Dari mereka, saya banyak belajar tentang kecintaan pada klub lokal.

 

Komentar
Dosen Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.