Tak ada bola yang menggelinding pagi itu. Juga orang yang berpeluh keringat di lapangan. Tapi, bukan berarti sepak bola mati di Kebun Bunga.
Di belakang gawang utara Kebun Bunga. Di bangunan berlantai dua. Orang-orang berkumpul. Semakin siang, semakin banyak. Orang-orang itu tak sekadar datang dan berkumpul di Kebun Bunga. Mereka berbicara tentang sepak bola. Mendiskusikan PSMS Medan.
”PSMS harus dibangun dan dibangkitkan lagi,” kata Julius Raja. King –begitu Julius Raja akrab disapa- merupakan satu di antara beberapa orang yang datang ke Kebun Bunga hari itu, Sabtu 4 Juli.
PSMS memang sedang terpuruk. Terbelah dua. Saat berkompetisi, menunggak gaji pemainnya. Tunggakannya tidak tanggung-tanggung. Bukan satu-dua bulan. Tapi, sepuluh bulan. Kondisi yang memaksa pemainnya menjadi tukang parkir untuk mengisi kantongnya yang melompong. Ada pula yang ”dipaksa” menjadi penjaga toilet.
”PSMS bukan sekadar tim sepak bola,” ungkap Edy Rahmayadi. ”PSMS adalah identitas dan kebanggaan orang Medan. Tak sepantasnya situasi ini terjadi,” imbuhnya. Edy merupakan Pangdam I Bukit Barisan. Pangkatnya Mayor Jenderal. Edy juga hadir di Kebun Bunga hari itu.
Cinta yang menggerakkanya ke Kebun Bunga. Juga lantaran Edy tak mau kepulangannya sia-sia. Maka dia pun berusaha menginisiasi kebangkitan PSMS. Tim yang pernah begitu lekat dengan hari-harinya. Di masa remajanya, Edy pernah berkostum Ayam Kinantan –julukan PSMS- junior.
Seperti yang disebutnya sebelumnya, PSMS tidak sepantasnya terpuruk begitu dalam. PSMS adalah salah satu tim raksasa Indonesia dan bergelimang prestasi. Tiga kali menahbiskan diri sebagai juara Perserikatan. Tepatnya pada 1967, 1971, dan 1975. Sumbangsihnya untuk tim nasional tidak pernah kering. Generasi demi generasi anak-anak Medan silih-berganti berseragam tim nasional.
Dan Edy tahu dari mana harus memulai: Kebun Bunga. Ya, Kebun Bunga. Di Kebun Bunga-lah sejarah panjang PSMS dimulai dan dirawat. Di Kebun Bunga cinta kepada PSMS dipupuk.
Kebun Bunga merupakan kawah candradimuka sepak bola Medan. Di sana ratusan dan bahkan ribuan anak-anak Medan mengakrabi sepak bola.
Dari Kebun Bunga lahir tembok kukuh bernama Ponirin Meka. Dari Kebun Bunga akurasi umpan dan gocekan indah Zulkarnain Lubis diasah. Dari Kebun Bunga pula Ricky Yakobi mengawali langkahnya merobek jala lawan-lawannya.
Maka dari Kebun Bunga-lah Edy berusaha menginisiasi kebangkitan PSMS. Dirangkulnya orang-orang bola Medan. Diajak berdiskusi di Kebun Bunga untuk menghidupkan lagi PSMS.
Rumput Kebun Bunga pun disemai kembali. Mess pemain yang terletak di belakang gawang utara dibenahi. Kaca yang pecah diganti. Barang-barang yang rusak diganti. Tembok yang kusam dicat ulang.
Yang paling penting tidak dilupakan: mengumpulkan para pemain. Bukan saja mereka yang senior. Tapi, juga pemain-pemain muda potensial. Tidak lupa pula mencarikan dana.
”Ayam Kinantan harus berkokok lagi,” tegas Edy.
Medan, 4 Juli 2015
NB: Edy Rahmayadi kini merupakan Pangkostrad. Tugas yang mulai diemban beliau sejak 25 Juli 2015.