Iblis Ringan Tangan Bernama Marcus Rashford

Sepakbola bukan hanya sekedar jumlah gol maupun menang dan kalah, tetapi juga menyangkut berbagai nilai. Tentu kita masih ingat kisah Cristiano Ronaldo yang membantu anak asal Aceh yang terdampak tsunami bernama Martunis atau Lionel Messi yang mengeluarkan kekayaanya untuk di tengah pandemi ini.

Kisah macam demikian ini, saya kira tak akan pernah berakhir. Manusia sebagai homo socius selalu memiliki kepekaan sosial. Kepekaan sosial itulah yang mengantarkan manusia, termasuk para pesepakbola, untuk menyadari bahwa dirinya merupakan bagian dari kesatuan sosial.

Selain dua pesohor di atas, nama Marcus Rashford tidak dapat diabaikan apabila membicarakan peran sosialnya di masyarakat luas. Juru gedor Manchester United tersbut acapkali menunjukan sisi humanisnya di luar lapangan.

Terbaru, striker Iblis Merah tersebut menulis sebuah surat terbuka ke parlemen Britania Raya perihal paket bantuan makanan sekolah kepada anak-anak selama libur musim panas.

Sebelumnya, perwakilan parlemen sempat memberikan pernyataan bahwa pemerintah tidak akan melanjutkan program pemberian bantuan makanan kepada anak-anak. Keputusan itulah yang kemudian mendorong penyerang muda tersebut untuk menulis surat terbuka.

Tentu saja surat terbuka darinya mendapatkan respon yang ciamik di kalangan masyarakat. Walau Perdana Menteri Britania Raya, Boris Johnson, sempat menanggapi negatif, tetapi akhirnya parlemen mengambil kebijakan sebaliknya sehari berselang.

Pemerintah mengambil langkah yang oleh Rashford disebut sebagai “U-turn” dengan membatalkan penghentian program pembagian makanan gratis itu. Aksinya membuat anak-anak di Negeri Tiga Singa tetap akan mendapatkan bantuan kupon makan.

Tak tanggung-tanggung, anak-anak yang nantinya akan terbantu mencapai angka 1,3 juta. Seperempat dari jumlah itu berasal dari keluarga berpenghasilan rendah yang rentan terhadap kejatuhan ekonomi. Adapun kupon makan tersebut akan diberikan selama enam minggu.

BACA JUGA:  Sebelas Wonderkid Serie A 2015/2016

Keberhasilan aksi itu tentunya merupakan sebuah kemenangan bagi kemanusiaan. Kondisi masyarakat kelas bawah yang tidak menentu di tengah pandemi akan sangat merasakan dampaknya dengan paling tidak anak-anak mereka kini pasti mendapatkan satu jatah porsi makan setiap harinya.

Iblis Ringan Tangan dari Manchester

Di tim United, Rashford benar-benar menjadi ujung tombak. Semenjak penampilan perdananya di bawah asuhan Van Gaal, ia terus berkembang menjadi salah satu tumpuan lini depan di tengah performa Iblis Merah yang masih kelimpungan setelah ditinggal Sir Alex Ferguson.

Akan tetapi, setelah melihat dedikasi Rashford di luar lapangan, boleh dibilang ia bukan hanya penyelamat milik United. Rashford telah menjadi simbol kemanusiaan, terutama bagi seluruh anak-anak di Inggris.

Ia tak lagi hanya dikaitkan dengan catatan gol, tetapi akan dikenang pula jasa-jasanya. Ibarat falsafah Jawa, urip iku urup. Saat ini, Rashford telah urup sehabis berhasil menyalakan kepedulian terhadap kemanusiaan. Bukan hanya di Inggris, tetapi aksinya telah menyentak penjuru dunia lain.

Bagi Rashford, bukan hanya kali ini saja ia membantu sesama. Tercatat beberapa kali ia menunjukkan keringanan tangannya. Mulai dari kampanye untuk meringankan beban tunaisama, mempelajari bahasa isyarat untuk membantu tunawicara, hingga menghimpun dana untuk anak-anak kelas bawah.

Salah satu alasan mengapa penyerang Inggris tersebut begitu getol membantu anak-anak adalah masa kecilnya sendiri. Ia tak lupa pernah tumbuh dari keluarga yang kesulitan ekonomi. Rashford kecil kerap menggantungkan hidup dari bantuan makanan orang lain.

Semua hal di atas menunjukan bahwa manusia, apapun profesinya dan situasinya saat ini, pada dasarnya memiliki keinginan untuk menolong orang lain. Sifat itu bisa tumbuh dari pengalaman pribadi  maupun karena melihat realita di lingkungan sekitar.

BACA JUGA:  Refleksi Karier Sergio Aguero

Rashford telah menunjukkan itu. Juru gedor yang musim ini telah mengoleksi 14 gol di Liga Inggris musim ini telah menjelma menjadi iblis yang baik hati. Ia merupakan penyelamat, bukan hanya bagi , tetapi bagi siapapun yang merasa terbantu oleh aksinya.

Kini, ia telah membuktikan bahwa dirinya bukan bagian dari penyair-penyair salon bersajak anggur dan rembulan dalam Sajak Sebatang Lisong karya W.S. Rendra yang diam saja ketika terdapat anak-anak sedang kesusahan tepat di sampingnya.

Sifat semacam itulah yang diperlukan manusia dalam badai pandemi seperti yang terjadi saat ini. Rashford juga mengajarkan bahwa andai sudah berada dipuncak kesuksesan, tidak sepatutnya untuk lupa betapa susahnya kala masih menjadi kawula alit.

Akan tetapi, tak sepantasnya pula jika hanya berhenti sampai mengenang masa sulit itu saja. Langkah selanjutnya jelas meringankan tangan, memberi bantuan kepada orang-orang yang masih berada di bawah agar hidup mereka tidak semata-mata hanya sebatas sebagai kawula alit.

Komentar