Irfan “Boax” Safari: Raja Tarkam dari Persikad Depok

Bila memasuki bulan Agustus menjelang Hari Kemerdekaan Indonesia atau peringatan ulang tahun sebuah daerah, banyak turnamen tarkam diselenggarakan.

Kegiatan pertandingan sepak bola yang mempertemukan kesebelasan antar-RT, RW, kampung atau daerah ini menjadi ajang rutin yang telah membudaya dan mendarah daging di negara ini.

Meski ajang tersebut hanya merupakan turnamen amatir, nyatanya tak mengurangi animo penonton untuk menyaksikan laga-laga yang ada. Bahkan ada turnamen tarkam yang apabila Anda ingin menonton, harus merogoh kocek terlebih dahulu agar bisa masuk ke dalam kerumunan penonton yang jaraknya hanya beberapa meter dari garis putih tepi lapangan.

Terkadang di tengah pertandingan, kita dapat menyaksikan penonton memberikan uang saweran kepada pemain yang mencetak gol atau yang dianggap bagus penampilannya.

Sebelum ada ramai-ramai perihal penghentian kompetisi sepak bola profesional yang diakibatkan adanya perseteruan Menpora dan PSSI, banyak pemain sepak bola profesional yang menjadikan ajang tarkam sebagai side job.

Bahkan ada yang terpaksa ikut lantaran gaji sebagai pemain profesional tidak atau belum dibayarkan oleh klub yang ia bela. Salah satu pemain profesional yang sering mengikuti tarkam adalah Irfan Safari atau yang dikenal dengan Boax.

Nama Boax begitu harum di kancah tarkam seputaran Jabodetabek. Bahkan ia mendapat julukan Raja Tarkam karena di mana ada tarkam, di situ pasti ada dia berlaga.

Banyak orang yang tidak menyangka bahwa pria kelahiran Beji, Depok, ini merupakan seorang pemain profesional. Ia merupakan putra asli Depok yang menjadi penggawa Persikad Depok.

Meski dikenal sebagai legenda hidup Persikad, Boax justru memulai karier profesionalnya di Persitara Jakarta Utara pada tahun 2005. Selama dua musim, Boax mengisi pos striker dan terkadang beroperasi sebagai pemain sayap kanan.

BACA JUGA:  Delapan Wonderkid Liga Inggris 2015/2016

Akhirnya pada awal musim 2007, Persikad memanggilnya pulang.  Pada tahun pertama kedatangannya, Serigala Margonda, julukan Persikad berhasil meraih posisi akhir sebagai runner-up Divisi Satu.

Sebagai juara kedua, Persikad seharusnya dapat jatah otomatis bermain di Divisi Utama bersama tim-tim besar Indonesia, seperti Sriwijaya FC, Persija Jakarta, Persib Bandung, Arema, Persipura, dan lainnya pada musim berikutnya.

Namun karena adanya perubahan regulasi oleh PT Liga yang membentuk Indonesia Super League (ISL) sebagai liga kasta tertinggi, pupus sudah harapan Persikad tampil di liga Tertinggi. Meski main di Divisi Utama, rasanya seperti main di Divisi Satu.

Musim tersebut juga penanda sebagai musim terakhir Persikad bermain apik. Sebab pasca-dilarangnya penggunaan dana APBD oleh Mendagri pada musim berikutnya, Persikad lebih sering berkutat dengan masalah internal ketimbang prestasi.

Dilanda krisis finansial, membuat satu persatu pemain pergi. Namun tidak bagi Boax, pemain yang berposisi sebagai striker ini, tetap setia menjadi bagian dari Serigala Margonda. Hal inilah yang membuat ia menjadi legenda. Bahkan Boax juga setia ketika Persikad hijrah ke Cirebon pada tahun 2009.

Tersendatnya pembayaran gaji akibat ketidakprofesionalan manajemen klub mungkin menjadi faktor yang menyebabkan Boax memilih mengikuti tarkam. Bahkan kalo tidak salah, pemain asing macam Yusuke Sasa alias Muhammad Yusuf ketika itu, terpaksa mengkuti jejak rekan se-klubnya agar dapur di rumahnya tetap ngebul.

Isunya, sejak menekuni tarkam sebagai penghasilan kedua, membuat Boax keranjingan. Bahkan pada suatu ketika, ketika Persikad baru saja menyudahi sebuah pertandingan, tiba-tiba Boax langsung pergi. Bukan karena cekcok dengan sesama pemain, pelatih atau manajemen, tetapi ia mengejar waktu untuk menghadiri sebuah turnamen tarkam di sebuah daerah.

BACA JUGA:  Tarkam: Kultur Sepakbola Indonesia yang Penuh Warna

Lucunya, bukannya mengerdilkan Persikad, tetapi banyak orang, terutama warga Depok lebih mengenal Boax ketimbang Persikad. Hal ini dikarenakan masih banyak orang yang tidak mengenal Persikad, sedangkan Boax dikenal luas karena kegiatannya di luar klub dengan bermain tarkam.

Hari ini, menginjak usia 36 tahun, Boax masih tercatat sebagai salah satu penggawa Persikad Depok. Ia dinyatakan lolos seleksi untuk memperkuat Persikad di Indonesia Soccer Championship (ISC) B tahun 2016 ini.

Ketika rekan seumurannya yang pernah bermain di Persikad sudah banyak yang pensiun, sebut saja Abdul Manan dan Nana Supriatna, Boax masih tetap bugar dan masih bisa berdiri sejajar dengan pemain-pemain yang lebih muda di lapangan. Bahkan Nana, saat ini sudah menjadi asisten pelatih Persikad dan diberi tugas melatih Boax.

Mungkin, akibat sering mengikuti ajang tarkam, fisik dan stamina Boax terjaga. Hal ini terbukti ketika tahun lalu, saat Persikad hijrah ke Purwakarta, tak ada namanya dalam skuat tersebut, artinya kurang lebih setahun Boax menganggur. Namun ketika klub kembali ke Depok di awal April tahun 2016 ini, namanya kembali tercatut masuk ke dalam skuat.

Musim ini kemungkinan akan menjadi musim terakhir bagi Boax. Bahkan sebenarnya isu pensiun sudah tercium sejak musim lalu. Namun sepertinya, bila memang memilih pensiun, belum tentu pensiun dari tarkam, bener gak bang Boax?

 

Komentar
Penjaga gawang @id_fm yang jadi idaman setiap calon mertua. Bisa dihubungi melalui akun Twitter @handyfernandy.