Mengabadikan Nama Salahudin

Liga Super Indonesia direncanakan mulai bergulir 4 april 2015 nanti. Beberapa klub seperti Arema Cronus, Pelita Bandung Raya dan Persebaya masih bersusah payah untuk memenuhi persyaratan dari Badan Olahraga Profesional Indonesia (BOPI). Sebaliknya, beberapa klub terkesan sangat siap untuk menyambut musim baru. Salah satu klub yang diramalkan akan menjadi kuda hitam di LSI 2015 adalah Barito Putera.

Hal ini tak lepas dari perekrutan pemain yang dilakukan oleh manajemen. Nama-nama seperti Dedi Hartono, Rizky Rizaldi Pora dan Amirul Mukminin yang tahun lalu sukses menembus tim nasional tetap dipertahankan. Selain itu, tim berjuluk Laskar Antasari juga merekrut M. Robi, bek tengah yang malang melintang di tim nasional. Ada pula Manahati Lestusen yang performanya cukup bagus ketika tampil di AFF 2014, serta Hansamu Yama Pranata dan Paulo Sitanggang yang menjadi tulang punggung tim nasional U19 ketika memenangi AFF U19 2013 lalu. Tiga nama terakhir yang disebutkan, bersama dengan rekrutan baru lainnya, Teguh Amirudin dan Anthony Putra Nugroho juga membela tim nasional U23 di kualifikasi Piala Asia U23 baru-baru ini.

Selain merekrut banyak pemain berlabel timnas, Barito Putera juga merekrut Milomir Seslija sebagai direktur teknik. Jabatan dirtek ini sebenarnya adalah jabatan yang membingungkan dari segi wewenang. Bahkan sepak bola eropa, sebagai kiblat sepak bola modern tidak mengenal posisi ini, meskipun terdapat jabatan Director of Football seperti Andoni Zubizareta di Barcelona dan Txiki Begiristain di Manchester City. Director of Football bagi klub-klub Eropa, seperti yang ada dalam permainan simulasi Football Manager, bertugas untuk merekrut staf kepelatihan, melakukan negosiasi transfer dan perpanjangan kontrak pemain, serta mengkoordinasi fungsi pemantauan (scouting) pemain yang diincar oleh sebuah klub.

Sementara itu, apa yang dilakukan oleh Milomir Seslija di Barito Putera sebagai seorang dirtek jauh dari fungsi-fungsi seorang Director of Football tadi. Milo, panggilan akrabnya, malah melakukan tugas-tugas kepelatihan seperti menentukan jenis dan porsi latihan, formasi serta taktik yang digunakan saat pertandingan. Wewenang yang seharusnya ada pada Salahudin sebagai seorang pelatih.

Rekam Jejak Salahudin

Pelatih asal Muara Enim ini mulai menangani Barito Putera sejak musim 2007-2008. Pada musim pertamanya, Salahudin langsung mempersembahkan gelar juara Divisi II Nasional setelah mengalahkan PSCS Cilacap dalam partai final yang diselenggarakan di stadion 17 Mei dengan skor 1-0. Tidak cukup disitu, Barito Putera juga memperoleh gelar pencetak gol terbanyak lewat striker asli Martapura, Syaifulla Nazar. Pada akhir musim 2009-2010, setelah dua musim di divisi I akhirnya Barito Putera  naik ke Divisi Utama. Pada kompetisi divisi utama, Salahudin juga hanya butuh dua musim untuk membawa Tim Seribu Sungai promosi ke LSI, tepatnya musim 2011-2012. Barito Putera memastikan diri promosi ke LSI setelah mengalahkan Madura United 2-0 (Yoga o.g, Nehemia Solossa) dalam semifinal Divisi Utama Liga Indonesia yang diselenggarakan di Stadion Manahan. Artinya, sebuah prestasi besar telah Salahudin torehkan untuk Barito Putera, yaitu 3 kali promosi dalam rentang hanya 5 tahun!

BACA JUGA:  Menyoal Pilihan Cristiano Ronaldo

Dalam pagelaran LSI, Salahudin juga tidak mengecewakan. Musim pertama pada LSI 2013 diakhiri dengan membawa Barito Putera sukses bertengger di posisi 6 dari 18 peserta. Tidak hanya sampai di situ, Barito Putera juga menjadi tim pertama di musim itu yang mampu mengalahkan Persipura, tepatnya pada pekan ke 25. Kemudian, bersama dengan Persipura, Barito menjadi tim yang tak pernah kalah di kandang. Tentu kita tidak boleh lupa bahwa di musim itu pula Laskar Antasari mencukur habis juara ISL 2012 Sriwijaya FC dengan skor 6-1 dan tim bertabur bintang Mitra Kukar dengan angka 5-1.

Pengalihan Wewenang Salahudin

Pada musim berikutnya, prestasi Barito Putera memang mengalami penurunan, hanya mengakhiri musim di posisi 7 dari 11 peserta LSI wilayah I. Rekor tak terkalahkan di kandang sendiri pun hilang. Barito Putera malah cenderung tampil jelek di kandang sendiri, terbukti hanya menang 4 kali, dan seri serta kalah masing-masing 3 kali. Namun, jika ini alasan dari pencabutan wewenang Salahudin sebagai juru latih, tentu masih sangat bisa diperdebatkan.

Pada musim terburuknya di Barito Putera itu, pemain-pemain didikan Salahudin mencapai prestasi terbaik. Amirul Mukminin misalnya. Sebelum membela Barito Putera, Amirul adalah pemain Sumatera Selatan di PON 2004 dan hanya pernah mencatat tampil 2 kali di Sriwijaya pada LSI 2010. Amirul juga tercatat pernah gagal lolos dalam seleksi tim Persita Tangerang dan Persebaya Surabaya. Namun, di bawah asuhan Salahudin, Amirul mampu menembus tim nasional dan bermain dalam lawatan ke Spanyol. Tak hanya Amirul, Dedi Hartono dan Rizky Rizaldi Pora juga menembus tim nasional justru di musim, yang orang bilang, musim terburuk Salahudin di Barito Putera. Artinya, meskipun pencapaian tim Barito Putera musim lalu buruk, tapi individu-individu didikan Salahudin mencapai titik terbaik dalam karier mereka.

BACA JUGA:  Bagus Kahfi dan Impian Bermain di Eropa (Bagian Pertama)

Mungkin saja ada hal-hal di luar capaian sebagai seorang pelatih yang membuat manajemen mengalihkan wewenang kepelatihan dari Salahudin kepada Milo. Dalam salah satu portal berita lokal pernah dikatakan bahwa pengalihan wewenang ini hanya sementara, karena Salahudin sedang mengambil kursus Lisensi B AFC. Namun, kursus tersebut sudah berakhir pada Desember 2014 silam dan hingga kini wewenang kepelatihan tetap ada pada dirtek yang pernah membesut Arema IPL tersebut. Seharusnya, dalam kondisi ini manajemen bersikap tegas saja. Salahudin adalah seorang profesional. Jika memang tidak dibutuhkan lagi, putuskan saja kontraknya, bukan dengan merekrut seorang direktur teknik dan memberikan wewenang seorang pelatih.

Salahudin ketika mengikuti kursus pelatih di Spanyol. (Sumber : Akun Facebook Salahudin)
Salahudin ketika mengikuti kursus pelatih di Spanyol. (Sumber : Akun Facebook Salahudin)

Menghormati Salahudin

Dengan kondisi seperti tadi, Salahudin bukan tidak mungkin akan meninggalkan pos pelatih Laskar Antasari. Kelak jika hal itu terjadi, sangat layak bagi klub Barito Putera dan suporternya untuk mengabadikan nama Salahudin. Sebagaimana Sir Alex Ferguson yang namanya diabadikan dalam Sir Alex Ferguson Stand di sisi utara Old Trafford sebagai bentuk penghargaan kepada pelatih asal Skotlandia itu, rasa-rasanya sungguh layak jika salah satu sudut tribun 17 Mei diberi nama Tribun Salahudin!

Post-Scriptum : Prestasi Salahudin yang dituliskan tadi hanya mencantumkan prestasinya sebagai pelatih. Ketika bermain, Salahudin menghabiskan 8 musim (1988-1996) di Barito Putera. Tergolong loyal untuk pemain yang berlaga di Indonesia. Salahudin juga menjadi bagian tim yang membawa Barito Putera ke semifinal Liga Indonesia pada 1994, prestasi terbaik yang pernah Laskar Antasari catat sepanjang sejarahnya. Oh ya, Salahudin juga bagian dari tim nasional yang meraih medali emas SEA Games 1991, meski hanya berstatus cadangan Aji Santoso.

 

Komentar