Pada tahun 1927, seorang pria yang merupakan tokoh sepak bola Prancis bernama Henri Delaunay mengajukan sebuah proposal kepada UEFA (Konfederasi Sepak Bola Eropa) tentang perlunya diadakan sebuah kejuaraan sepak bola antarnegara Eropa.
Sayangnya, penyelenggaraan turnamen ini baru mendapat lampu hijau dari para anggota UEFA pada kongres tahun 1957 atau dua tahun setelah kematian sang inisiator. Delaunay sendiri ketika wafat berstatus sebagai Sekretaris Jenderal UEFA yang pertama.
Perlu waktu 43 tahun bagi impian Delaunay untuk menjadi sebuah realita. UEFA European Nations Cup (sebelum kemudian diubah menjadi UEFA European Championship) secara resmi diselenggarakan untuk pertama kali pada 1960.
Ada 17 negara Eropa yang ikut serta dalam babak kualifikasi turnamen perdana ini minus Inggris, Italia, dan Jerman Barat yang memilih absen. Kualifikasi Piala Eropa 1960 diselenggarakan dengan sistem gugur dan berlangsung dengan format home-away sampai babak perempat final.
Melalui serangkaian laga yang menguras tenaga dan waktu, akhirnya empat negara memastikan diri menjejak semifinal yakni Cekoslovakia, Prancis, Uni Soviet, dan Yugoslavia. Prancis sendiri ditetapkan sebagai tuan rumah semifinal dan final oleh UEFA sebagai bentuk penghormatan bagi Delaunay yang berkebangsaan Prancis.
Prancis versus Yugoslavia dan Uni Soviet melawan Cekoslovakia menjadi menu laga semifinal. Partai yang disebut pertama berlangsung di Paris sementara partai kedua dimainkan di Marseille.
Pertempuran antara Prancis dan Yugoslavia berlangsung ketat serta menelurkan banyak gol. Empat gol skuat Les Bleus sukses dibalas lima kali oleh pasukan Beli Orlovi, alhasil Yugoslavia pun lolos ke partai puncak.
Di laga semifinal yang lain, Cekoslovakia mesti mengakui kedigdayaan Uni Soviet usai dicukur dengan tiga gol tanpa balas. Uni Soviet pun berhak mentas ke final guna menghadapi Yugoslavia pada laga yang dimainkan di Paris.
Dan seperti yang sama-sama kita ketahui, Uni Soviet yang merupakan negara adidaya pada masa itu berhasil mempecundangi Yugoslavia. Gol Milan Galic buat Beli Orlovi jelang babak pertama usai sanggup disetarakan oleh Slava Metreveli hanya beberapa saat setelah babak kedua dimulai.
Skor imbang 1-1 bertahan sampai waktu normal usai. Kubu Red Army kemudian menambah sebiji gol lewat Viktor Poneldenik di masa perpanjangan waktu untuk menutup laga dengan kemenangan 2-1 sekaligus keluar sebagai juara.
Penyelenggara ajang ini, UEFA, merancang sebuah piala khusus sebagai representasi kejayaan para juara. Desain piala berbahan dasar perak yang kemudian diberi nama trofi Henri Delaunay ini merupakan kreasi putra sang inisiator, Pierre Delaunay.
Lewat bantuan perajin logam mulia Chobilon, kemudian dibeli hak pembuatannya oleh perajin Arthus Bertrand, terciptalah sebuah trofi dengan tinggi sekitar 40 centimeter dan berat 6 kilogram beralaskan plinth berwarna hitam berbentuk persegi. Sejak saat itu, lahirlah sebuah trofi dengan nama Henri Delaunay Trophy sebagai penghormatan untuk sang inisiator kejuaraan.
Di bagian depan trofi dibubuhi tulisan Coupe D’Europe, Coupe Henri Delaunay, dan Championnat D’Europe. Sementara di bagian belakang terdapat gambar pesepak bola yang sedang melakukan juggling. Pada dasar plinth berbentuk persegi itu pula nama-nama para juara Piala Eropa diukir.
Trofi inilah yang kemudian diangkat untuk pertama kalinya sebagai tanda juara oleh gelandang sekaligus kapten Uni Soviet, Igor Netto, di hadapan puluhan ribu pasang mata di Stadion Parc Des Princes.
Trofi original ini bertahan selama 44 tahun, 1960-2004 (Yunani yang mengangkat trofi lawas untuk kali terakhir usai keluar sebagai juara Piala Eropa 2004), sebelum kemudian UEFA meminta perajin logam mulia kenamaan asal Inggris, Asprey, untuk mendesain versi teranyar.
“Pihak UEFA menginginkan trofi yang lebih update, berkualitas, dan berukuran lebih besar dari versi sebelumnya. Akan tetapi bentuk asli dari trofi original tidak boleh diubah,” papar Steven Maddison, juru bicara Asprey seperti dikutip dari uefa.com.
Lewat sebuah riset dan desain yang dilakukan secara mendalam dan penuh ketelitian, lahirlah bentuk gres dari trofi yang pernah dimiliki oleh sembilan negara ini.
Bentuk anyar trofi ini tidak berbeda jauh dengan bentuk aslinya, hanya saja terdapat beberapa perubahan sebagai penyesuaian terhadap perkembangan zaman.
Pada trofi baru, alas plinth berwarna hitam yang berbentuk persegi ditiadakan, pun begitu dengan gambar pesepak bola yang melakukan juggling di bagian belakang trofi. Ukuran trofi diperbesar sehingga terlihat lebih kokoh dan mewah, hal ini juga membuat ukuran trofi menjadi 18 centimeter lebih tinggi dan 2 kilogram lebih berat.
Di bagian depan trofi terpampang logo UEFA dan tulisan UEFA European Football Championship sedangkan bagian belakang trofi dijadikan tempat untuk menuliskan nama-nama tim yang menjuarai Piala Eropa. Pada akhirnya, terciptalah sebuah trofi yang lebih modern, gagah namun tak meninggalkan unsur klasik.
Pada saat Spanyol menekuk Jerman di final Piala Eropa 2008 silam, Iker Casillas sebagai kapten La Furia Roja berkesempatan untuk menjadi orang pertama yang mengangkat tinggi-tinggi trofi anyar ini sebagai kampiun Eropa.
Trofi versi anyar ini lagi-lagi diangkat Casillas tatkala membawa Spanyol mempertahankan gelar juara Piala Eropa tahun 2012 setelah memporak-porandakan Italia dengan skor telak 4-0 di partai pamungkas.
Dan pada tahun 2016 ini, turnamen yang populer dengan sebutan Euro ini telah memasuki edisi ke-15 dimana terdapat 24 negara Eropa yang siap mengerahkan segalanya pada gelaran di Prancis guna membawa pulang trofi perlambang kejayaan dan prestise sebagai raja Eropa ini.
Menarik untuk disaksikan, akankah penggawa kubu Spanyol lagi yang akan merebutnya? Atau perwakilan para mantan juara yang bakal mengangkatnya tinggi-tinggi? Eits, tak tertutup juga kemungkinan akan lahirnya kampiun Eropa yang baru.
Jadi, Anda mendukung siapa di Euro 2016 ini?