Alkisah, meski sepak bola di Kota Depok ditafsirkan akan vakum lantaran Persikad dilego ke Purwakarta. Nyatanya, atmosfir sepak bola di Depok tetap ada dan masif. Hal ini terbukti dengan digelarnya penyelenggaraan Liga Pelajar Indonesia (LPI) di Depok pada bulan September-Oktober 2015 lalu ini berjalan cukup sukses meski diselingi oleh tradisi tawuran yang merupakan hal yang lumrah di Depok.
Sayangnya, penurut penulis penyelenggaraan LPI di Depok terkesan asal ada atau hanya memunculkan euforia semata. Penyelenggaraan turnamen LPI tidak ditunjang dengan fasilitas yang memadai untuk menyelenggarakan turnamen yang rutin digelar setiap tahun.
Tiga stadion yang digunakan, yakni Stadion Merpati, Stadion Sukatani, dan Stadion Mahakam jauh dari kata layak. Rumputnya kering, tanahnya bergelombang dan fasilitas seperti kursi penonton maupun infrastruktur penunjang lainnya berantakan seperti kapal pecah.
Beruntung, dengan adanya kegiatan Pekan Olahraga Nasional (PON) 2016 yang sedianya akan dilakukan di Jawa Barat ini membuat Kota Depok juga kecipratan uang. Stadion-stadion di Depok pun pada akhirnya direnovasi. Kabarnya, untuk merenovasi Stadion Mahakam saja sampai memakan dana sebesar Rp9,4 miliar. Jumlah yang tak sedikit tentunya.
Sudah bukan hal yang asing kalau stadion-stadion di Depok menjadi anak tiri. Meski masing-masing stadion sudah diklaim dengan tulisan “Milik Pemerintah Kota Depok” yang terpasang di plang pintu masuk stadion, nyatanya perbaikan atau renovasi tak pernah dilakukan oleh pihak Dinas Pemuda Olahraga Pariwisata Seni dan Budaya (Disporparsenbud) Depok.
Bukan rahasia kalo memang stadion di Depok tak pernah terurus, lantaran dulunya merupakan bagian dari pembangunan Perumahan Nasional (Perumnas) yang notabene bukan dibangun oleh Pemerintah Kota Depok, dalam hal ini Disporparsenbud Depok. Entah masih sengketa kepemilikan atau bagaimana, yang jelas setahu penulis, semenjak Depok menjadi kotamadya, Disporparsenbud Depok belum pernah merenovasi atau pun membangun satu pun fasilitas olahraga untuk publik.
Berangkat dari hal tersebut, penulis pun kepo (ingin tahu, red.) perihal renovasi stadion di Depok. Salah satu tempat yang penulis datangi adalah Stadion Mahakam. Tepatnya dua kali penulis mengunjungi tempat tersebut. Pertama saat groundbreaking pembangunan pada awal November 2015 lalu dan kedua pada Februari 2016 ini.
“Sekarang masih groundbreaking mas, ntar mas dateng lagi aja Desember akhir, udah bagus nanti stadionnya.”
Kalimat di atas merupakan kata yang diucapkan oleh mandor pembangunan tersebut yang sayangnya saya lupa namanya. Intinya dia menjanjikan bahwa Stadion Mahakam akan dibenahi sempurna lewat dana dari Gubernur Jawa Barat dalam rangka PON 2016.
Memang saat itu kondisi di lapangan tersebut tengah diperbaiki. Lapangan digali dan sedang siap-siap dimasukan pipa untuk drainase. Bagian tribun yang ada diperbaiki dan tiang-tiang paku bumi juga sudah banyak yang tertancap di sisi lainnya sebagai tanda pembangunan tribun baru.
Akhirnya, setelah berfoto-foto sebentar. Penulis pun pergi meninggalkan lokasi tersebut. Inti dari pertemuan tersebut, sang developer menjanjikan akhir Desember atau Januari awal, pembangunan stadion akan selesai.
Setelah beberapa bulan tidak menengok stadion tersebut, akhirnya pada hari Rabu 4 FebruariĀ 2016, penulis pun mengunjungi kembali stadion tersebut dan memang ada banyak perubahan di sana.
[Best_Wordpress_Gallery id=”6″ gal_title=”Stadion Mahakam”]
Adapun perbedaan antara kunjungan pertama dan kedua adalah penambahan tribun. Jika sebelumnya di stadion yang beralamat di Jalan Rasamala, Bakti Jaya, Sukmajaya, Depok ini hanya memiliki satu tribun saja, kini stadion tersebut telah memiliki dua tribun.
Selain itu. Jika sebelumnya masalah parkir kendaraan yang sering terparkir di tepi lapangan, kini sudah dibangun tempat khusus untuk parkir dengan memanfaatkan tanah kosong yang ada di sisi stadion.
Namun, pembangunan stadion terkesan buru-buru dan asal jadi. Pada awal sang mandor menjanjikan stadion yang lokasinya bertetangga dengan Mesjid Al Kautsar Depok ini bakal direnovasi total ini justru tak tuntas.
Bagian tribun yang baru terutama di bagian tempat duduk masih belum rata. Selain itu atap yang digunakan untuk berlindung pemasangannya masih setengah jalan. Belum lagi kondisi rumput lapangan yang masih ada genangan air karena hujan semalam.
“Tuh liat, tribun yang baru bentuk kursinya masih belom rata, bagian atap cuman dikerjain setengah. Kamar mandi lom dibikin, parkiran juga belom kelar. Developernya udah kabur.”
Kalimat tersebut terucap dari penjaga Stadion Mahakam yang jika tidak salah ingat namanya Gery atau Heri, begitu penulis menanyakan kondisi stadion pasca-kepergian developer dan belum ada kabar untuk kelanjutan pembangunan stadion yang masih “setengah matang” ini.
Ada kemungkinan proyek terhenti lantaran Depok tidak terpilih menjadi venue PON. Dikutip dari Liputan6, ada 14 tempat yang dijadikan venue dan dari ke-14 tempat tersebut tidak mencantumkan Depok.
Namun meski begitu, penulis mendorong khususnya bagi Disporparsenbud Kota Depok untuk tetap melanjutkan pembangunan. Mengapa? Karena sungguh sayang apabila proyek ini dihentikan. Walau Persikad Depok sudah tidak lagi bermukim di Depok yang menyebabkan stadion tidak terpakai, tetapi turnamen sepak bola lainnya, seperti kompetisi pembinaan usia dini tetap bergulir. Contohnya adalah LPI atau turnamen antar-SSB se-Kota Depok.
Akan lebih baik pembangunan dilanjutkan untuk mendukung acara tersebut. Jujur, penulis merasa di-PHP-in oleh penanggung jawab pembangunan stadion, dalam hal ini pastilah pemerintah atau apa pun namanya. Begitu berkunjung, kok proyek belum tuntas juga Atau jangan-jangan dananya dibawa lari.
Dasar Proyek Harapan Palsu!