Roberto Gagliardini: Pembelian Sukses Internazionale Milano

MILAN, ITALY - JANUARY 14: Roberto Gagliardini of FC Internazionale looks on during the Serie A match between FC Internazionale and AC ChievoVerona at Stadio Giuseppe Meazza on January 14, 2017 in Milan, Italy. (Photo by Valerio Pennicino/Getty Images)

Menghadapi Cagliari di giornata ke-27, Roberto Gagliardini tampil elegan. Rataan umpan suksesnya cukup tinggi dan tangguh ketika duel udara, yang memang menjadi salah satu kelebihannya.

Pertandingan memasuki paruh akhir, ketika sebuah tembakan kerasnya dari luar kotak penalti berhasil merobek jala Cagliari yang dijaga Gabriel, kiper pinjaman dari AC Milan. Skor 1-5 untuk Internazionale Milano dianggap sebagai respons yang luar biasa setelah pada pekan sebelumnya diterkam Serigala Roma.

Gagliardini, pemuda kelahiran Bergamo 23 tahun silam tidak membutuhkan waktu yang lama untuk mendapatkan posisi inti lini tengah Internazionale. Setelah melego Felipe Melo ke Palmeiras di bursa transfer musim dingin, pihak klub tak ragu mendatangkannya, yang kala itu namanya masih asing di telinga penggemar Serie A.

Gagliardini melakoni debutnya ketika Internazionale menjamu Chievo, hanya empat hari setelah proses kepindahannya dari Atalanta selesai. Di laga ini, ia mempertontonkan semua kualitas yang dimilikinya dan membuat banyak pihak sadar alasan Internazionale Milan berani berinvestasi kepada pemain kelahiran tahun 1994 tersebut, setelah sebelumnya: menertawakan.

Sebelumnya, Gagliardini adalah pemain yang sering dipinjamkan oleh Atalanta ke beberapa klub Serie B seperti Cesena, Spezia, dan Vicenza. Kualitas dan bakatnya memang sudah tercium sejak menggeluti karier profesional kali pertama hingga sudah mendapatkan panggilan memperkuat tim nasional Italia U-20 dan U-21.

Setelah kembali dari masa peminjaman di Vicenza, tepatnya paruh awal musim 2016-2017, ia sukses menyegel posisi inti Atalanta yang dilatih Gian Piero Gasperini, sosok pelatih dengan rekam jejak yang baik dalam hal membina pemain muda. Permainannya langsung meledak dan panggilan tim nasional senior langsung menghampiri di bulan November 2016.

Gagliardini adalah tipikal pekerja keras yang cepat dalam mengalirkan bola. Ia andal dalam bola-bola atas dan berfisik kuat. Ia mampu bermain di hampir semua posisi gelandang, baik bertahan, tengah, maupun menyerang, kecuali gelandang sayap yang memang belum pernah dilakoninya.

BACA JUGA:  Mengapa Jose Mourinho Didambakan Banyak Klub Meski Dia Gagal di Chelsea?

Gelandang bernomor punggung lima ini cukup jeli ketika melakukan tekel, tergolong bersih, berbanding terbalik dengan tekel horor yang sering dilakukan pendahulunya, Felipe Melo.  Posisi ideal baginya terlihat jelas ketika ia diposisikan sebagai gelandang tengah, yang dimainkannya di sembilan partai bersama Internazionale.

Ia bermain penuh selama 90 menit di semua laga di serie-A bersama Internazionale sejauh ini, dengan satu kali menjadi Man of the Match.

Berduet dengan Geoffrey Kondogbia, poros tengah Internazionale memiliki menara kembar tangguh. Kedua pemain ini sangat cocok bermain bersama, di mana Gagliardini mampu menutup kelemahan Kondogbia yang sering kehilangan bola.

Sebaliknya, Kondogbia, yang memiliki kemampuan penetrasi, baik dengan atau tanpa bola, dari lapangan tengah membuat Gagliardini mendapat banyak ruang untuk menerima dan mengalirkan bola dengan cepat. Keleluasaan yang didapat Gagliardini memudahkan kerja gelandang serang yang dilakoni secara bergantian oleh Joao Mario dan Ever Banega.

Kehadiran Gagliardini membantu Internazionale menyelesaikan beberapa masalah sekaligus.

Pertama, Felipe Melo cukup sering merugikan tim dengan permainan brutalnya bisa dilepas tanpa perlu khawatir kehilangan kualitas di lini tengah. Kedua, Internazionale memiliki pemain yang mampu bermain konsisten di lini tengah.

Sebelumnya, duet Kondogbia dan Brozovic sering angin-anginan, kadang spektakuler dan kadang menjengkelkan. Ketiga, ini adalah langkah awal untuk menjadikan Internazionale lebih “beraroma” Italia, walaupun sejarah dan nama klub bertemakan “internasional”.

Banyak pihak memuji langkah Internazionale yang memercayai Gagliardini sebagai bagian dari tim inti karena akan sangat berdampak pada masa depan tim nasional Italia yang saat ini disebut-sebut memiliki generasi emas dalam diri Gianluigi Donnarumma, Marco Veratti, Gagliardini, Mattia Caldara, Gianluca Caprari, dan Andrea Belotti.

BACA JUGA:  Melihat Proyek Masa Depan Manchester United

Sejarah membuktikan bahwa Internazionale sebelumnya sangat tidak bersahabat dengan pemain muda, terutama pemain Italia. Contoh pahit adalah Andrea Pirlo, yang meredup bersama Internazionale, namun bersinar ketika membela AC Milan dan Juventus.

Internazionale perlahan mulai mengikuti kebijakan yang dibawa pemilik baru, Suning Group, yang ingin menjadikan klub ini bercita rasa Italia dan bersahabat dengan pemain muda.

Lihatlah skuat inti Inter musim ini dimana ada empat pemain Italia yang menjadi reguler di skuad inti, yakni Antonio Candreva, Gagliardini, Eder, dan Danilo D’Ambrosio. Ada tiga nama pemain Italia lagi yang menjadi bidikan Internazionale musim depan, yakni Federico Bernardeschi (Fiorentina), Domenico Berardi (Sassuolo), dan Marco Veratti (PSG).

Internazionale sebenarnya telah membeli salah satu generasi emas Italia lainnya, yakni Gianluca Caprari dari Pescara pada awal musim ini, namun dipinjamkan lagi ke klub lamanya dan akan bergabung pada musim 2017/2018.

Menarik untuk menantikan kiprah Gagliardini dalam mengangkat derajat Internazionale, sejalan dengan cita-cita klub untuk menjadi salah satu dari sepuluh klub terbaik Eropa dalam beberapa tahun ke depan.

Komentar
Penulis dapat dihubingi lewat Twitter @YvMuaya