Terima Kasih, Aritz Aduriz

Pada 20 Mei 2020, sosok berusia 39 tahun berkebangsaan Spanyol, Aritz Aduriz, memutuskan untuk gantung sepatu. Aduriz mengumumkan kabar tersebut melalui akun twitter pribadinya @AritzAduriz11.

Penyerang Athletic Bilbao ini mengungkapkan bahwa keputusan buat pensiun dikarenakan masalah tak berkesudahan di bagian pinggulnya. Aduriz mendapat saran dari dokter yang menanganinya agar melakukan operasi. Kelak, ia bakal mendapat pinggul prostetik.

Gara-gara keputusan ini juga, Aduriz tak dapat membela Bilbao di laga final Copa del Rey 2019/2020 melawan rival di kawasan Basque, Real Sociedad, di Stadion La Cartuja, Sevilla. Tentu saja ini sangat mengecewakan bagi Aduriz dan fans Bilbao mengingat perjalanan Los Leones pada Copa Del Rey musim ini tidaklah mudah.

Intercity, Sestao River, Elche, dan Tenerife jadi lawan yang mesti ditaklukkan Bilbao sedari ronde pertama hingga babak 16 besar. Klub besutan Gaizka Garitano bahkan membutuhkan adu penalti buat melewati hadangan dua tim yang disebut belakangan.

Kemudian di babak perempatfinal, Bilbao harus berhadapan dengan Barcelona di Stadion San Mames. Gol penentu kemenangan bagi Aduriz dan kawan-kawan terjadi di masa perpanjangan waktu yang lahir dari bunuh diri Sergio Busquets. Dalam laga itu sendiri, penyerang kelahiran San Sebastian tersebut hanya berperan sebagai pemain pengganti.

Memasuki semifinal, Granada jadi kubu yang siap menghalangi mimpi Bilbao melenggang ke partai puncak. Pada leg pertama di kandang sendiri, tim asuhan Garitano unggul 1-0. Sementara di leg kedua yang dihelat di Stadion Nuevo Los Carmenes, Bilbao tumbang 1-2.

Mujur, aturan agresivitas gol tandang bikin Los Leones akhirnya mentas lagi di final Copa del Rey setelah terakhir kali melakukannya pada musim 2014/2015 silam. Di kedua partai semifinal, Aduriz juga dimainkan Garitano sebagai pemain cadangan.

Meski kiprahnya di Bilbao tak sesignifikan saat usianya masih muda, tapi senioritas Aduriz amat berpengaruh di ruang ganti. Figurnya dihormati pemain lain, khususnya mereka yang masih belia.

Debut, Pindah Tim dan Pulang Kampung

Tahun 2002 menjadi debut pria setinggi 181 sentimeter ini bareng kesebelasan yang berdiri tahun 1898 tersebut. Ia memperkuat Bilbao yang ketika itu berjumpa Barcelona. Sial, debutnya tak berjalan mulus karena Los Leones keok 0-2.

BACA JUGA:  Mereka yang Terlupakan dari Gemerlap La Liga

Walau bermain di Bilbao sejak 2002, tapi Aduriz baru bisa menciptakan gol pertamanya untuk klub yang mengoleksi delapan titel La Liga Spanyol itu pada tahun 2006. Hal ini terjadi karena Aduriz muda disekolahkan terlebih dahulu ke klub lain seperti Burgos dan Real Valladolid.

Gol perdana Aduriz bagi Los Leones terjadi dalam Derbi Basque melawan Sociedad. Tak tanggung-tanggung, ia langsung menggelontorkan dua gol di laga yang berkesudahan sama kuat 3-3 tersebut. Momen ini sendiri bak jalan pembuka baginya untuk jadi pilihan utama di sektor depan Bilbao.

Ironisnya, manajemen Bilbao punya rencana lain. Tepat di musim panas 2008, Aduriz dilego ke Real Mallorca dan menandatangani kontrak berdurasi empat musim. Di sana, Aduriz juga memperlihatkan penampilan yang cukup apik.

Akan tetapi, sebelum masa kerjanya di Kepulauan Balleares habis dan mendatangkan prestasi emas bagi Los Bermellones, Aduriz lebih dahulu dipinang Valencia saat jendela transfer musim panas 2010.

Sayangnya, keputusan lelaki yang sempat memenangkan Trofi Zarra (gelar khusus untuk pemain asal Spanyol dengan jumlah gol terbanyak di satu musim kompetisi La Liga) sebanyak dua kali itu tak berbuah manis.

Unai Emery yang jadi pelatih Valencia lebih suka memainkan skema dengan striker tunggal. Apesnya, pilihan sang pelatih jatuh kepada Roberto Soldado sehingga Aduriz lebih sering menghangatkan bangku cadangan.

Kenyataan itu juga yang mengantarnya buat mudik ke Bilbao pada musim panas 2012. Mahar senilai 2,5 juta Euro sudah cukup untuk mengamankan jasa Aduriz.

Pilihannya kali ini sangat tepat lantaran ia selalu dijadikan opsi nomor satu di sektor depan Los Leones. Semua itu terbukti dengan gelontoran 100 gol lebih dari 300 pertandingan yang dijalaninya bersama Bilbao dalam rentang 2012 sampai 2020.

Performa apik Aduriz itu juga yang bikin fans Bilbao teramat mengidolakannya. Persis seperti perlakuan mereka kepada barisan para legenda bernama Joseba Etxeberria, Julen Guerrero maupun Ismael Urzaiz.

BACA JUGA:  Saul Niguez yang Semakin Penting untuk Atletico Madrid

Jarang Mendapat Kesempatan di Timnas Spanyol

Walau demikian, ada konsekuensi yang didapat Aduriz karena lama memperkuat tim sekelas Bilbao. Ya, dirinya jarang sekali beroleh kesempatan membela panji tim nasional Spanyol.

Apalagi La Furia Roja disesaki banyak striker bagus dalam rentang 2000-an sampai 2010-an. Mulai dari Diego Costa, Fernando Llorente, Alvaro Morata, Fernando Morientes, Raul Gonzalez, Fernando Torres serta David Villa sehingga kansnya untuk dipanggil begitu kecil.

Tahun 2010, saat usianya 29 tahun, jadi momen perdananya membela timnas Spanyol. Ia merumput dalam laga kontra Lithuania pada fase kualifikasi Piala Eropa 2012. Setelah itu, presensinya bagi timnas terbilang sporadis.

Namun menariknya, ia justru dibawa oleh arsitek La Furia Roja di Piala Eropa 2016, Vicente Del Bosque, ke putaran final. Di ajang itu sendiri, Aduriz tampil tiga kali sebagai pemain pengganti.

Menariknya, baik di Bilbao maupun timnas Spanyol, Aduriz merupakan figur yang memegang rekor sebagai pencetak gol tertua tim.

Di Los Leones, hal tersebut terjadi kala ia berumur 38 tahun (dalam partai melawan Barcelona di jornada pertama musim 2019/2020). Sedangkan di timnas, berlangsung ketika Aduriz berumur 35 tahun (dalam laga versus Masedonia pada babak kualifikasi Piala Dunia 2018 silam).

Meski tergolong miskin prestasi kolektif, hanya pernah mengecup trofi Piala Super Spanyol, Aduriz punya catatan individu yang lumayan mengagumkan.

Selain dua kali meraih Trofi Zarra seperti yang telah disebutkan sebelumnya, Aduriz juga keluar sebagai pencetak gol terbanyak Liga Europa sebanyak dua kali (musim 2015/2016 dan 2017/2018).

Popularitas Aduriz memang kalah mengilap dibanding para kompatriotnya, tapi memandangnya sebelah mata merupakan kesalahan yang luar biasa. Selama hampir dua dekade berpeluh keringat di atas rumput hijau, Aduriz membuktikan diri bahwa ia merupakan salah satu penyerang paling hebat dan tajam dari Negeri Matador.

Selamat menikmati masa pensiunmu, Aduriz. Muchas gracias.

Komentar
Penggemar sepakbola yang bisa disapa via akun Twitter @ikhsanfirdauss