Para penggemar sepakbola Eropa mungkin merasa kasihan terhadap warga Amerika Serikat yang belum lama ini semakin menyadari betapa serunya sepakbola. Ya, perkembangan “soccer“, terminologi sepakbola di Amerika, memang berjalan begitu pesat dalam beberapa tahun terakhir.
Terlebih dengan datangnya bintang-bintang lapangan hijau ke Major League Soccer (MLS) dan juga prestasi Timnas Sepakbola Wanita mereka (USWNT) yang bergelimang trofi setelah menjuarai dua edisi piala dunia berturut-turut pada 2015 dan 2019.
Penonton laga sepakbola di Amerika meningkat pesat dan stadion makin sesak dipenuhi para suporter. Klub-klub Eropa melihat ini sebagai peluang di mana tiap tahun klub-klub top Eropa nyaris tak pernah absen mengunjungi Negeri Paman Sam saat pramusim.
Berangkat dari itu, wacana membawa partai paling bergengsi ke Amerika mencuat. Ide menggelar final Liga Champions hingga partai UEFA Super Cup di Amerika Serikat berdengung. Wacana ini sebenarnya telah lama bergulir namun belum pernah sampai ke tahap pembicaraan secara serius.
Baru-baru ini, Komite Eksekutif UEFA menggelar pertemuan di Hvar, Kroasia tepat sebelum sidang umum European Club Association (ECA) di Istanbul, Turki. Dengan dalih memikirkan upaya untuk pemulihan pendapatan pasca COVID-19, wacana menggelar laga Liga Champions di Eropa kembali muncul.
Dikabarkan oleh The Athletic, tim dari Amerika Serikat nantinya bisa berpartisipasi dalam ajang Super Cup format baru, menggantikan UEFA Super Cup. Empat tim yang terdiri dari juara Liga Champions, Europa League, dan UEFA Conference League akan bertemu dalam satu turnamen Super Cup dengan satu tim sisanya diambil dari juara MLS.
Ide ini masih sebatas angan-angan Aleksander Ceferin, Presiden UEFA hingga April lalu, sebelum Presiden PSG, Direktur UEFA broadcast partner di Timur Tengah dan Afrika Utara, Direktur beIN Sport, Ketua ECA, dan anggota ExCo UEFA, Nasser Al-Khelaifi mendukung penuh rencana tersebut.
Kabarnya proposal dari turnamen Big 4 itu telah masuk dalam tahap penyusunan namun hingga sekarang belum ada intensi serius untuk merealisasikan proyek “keruk uang” itu. Pendapat para penggemar juga terbelah dengan suara kontra yang menyatakan bahwa wacana ini hanya menjadi akal-akalan UEFA untuk mendapatkan lebih banyak keuntungan dengan menambah padat jadwal para pemain.
Sedangkan menurut Ceferin, ide ini mungkin saja terealisasi di masa depan meski masih perlu pengkajian yang lebih mendalam. Simulasi agenda turnamen dengan format gugur ini sebenarnya pernah dilakukan saat krisis pandemi COVID-19 di tengah partai gugur Liga Champions 2020 lalu.
Untuk menyelesaikan kompetisi yang terkendala situasi pandemi COVID-19, Liga Champions 2020 meniadakan format home-away dan memusatkan laga perempat final, semi final, dan final selama 12 hari di Portugal. Saat itu pihak penyelenggara juga mendapat respons positif dari tim yang tidak perlu banyak melakukan perjalanan jarak jauh.
Namun, kala itu pertandingan juga digelar tanpa suporter. Beda cerita seandainya suporter berbondong-bondong ke venue pertandingan untuk melihat tim kesayangannya. Akomodasi ribuan suporter perlu jadi perhatian.
Pada awalnya, UEFA mengindikasikan wacana untuk menggelar partai Liga Champions (fase grup atau final) atau bisa juga partai Super Cup di “luar Eropa”. Cina, Timur Tengah, dan Amerika Serikat menjadi opsi paling memungkinkan sebagai tujuan.
Akan tetapi, Amerika Serikat dinilai punya kans terbesar mengingat negara tersebut telah meningkatkan biaya hingga 150 persen untuk hak siar pertandingan Liga Champions dan sejumlah laga akbar di Piala Dunia 2026 nanti, di mana Piala Dunia 2026 juga akan digelar di Amerika Serikat, Kanada, dan Meksiko sebagai tuan rumah.
Sepakbola di Amerika telah menjadi olahraga terbesar ketiga yang dimainkan setelah rugby dan basket. Hadirnya nama-nama besar seperti David Beckham, Zlatan Ibrahimovic, Wayne Rooney, hingga yang terbaru Gareth Bale ke MLS semakin meningkatkan daya tarik sepakbola di sana. Apalagi terkait hak siar, MLS telah mengudara di televisi Amerika Serikat sejak 1996.
Pertandingan besar disiarkan secara nasional dan yang lainnya disiarkan oleh jaringan lokal atau regional stasiun televisi setempat. Dua media raksasa asal Amerika, ESPN dan Fox Sports diperkirakan mampu meraup pendapatan hingga 75 juta dollar tiap musim dari siaran pertandingan MLS. Jadi, setuju nggak dengan ide penyelenggaraan laga Liga Champions atau Super Cup di luar Eropa?