Suatu waktu Luis Milla pernah melempar pujian setinggi langit kepada Zulfiandi. Hal itu disampaikan melalui Bima Sakti.
“Saya dan Luis Milla sempat berdiskusi soal Zulfiandi. Dia harus terus dijaga semangatnya dan ditingkatkan lagi performanya. Dia adalah pemain yang sangat penting untuk tim,” tutur Bima Sakti dikutip dari BolaSport.
Milla menilai bahwa Zulfiandi layak mendapat kesempatan bermain di Eropa. “Luis Milla bahkan pernah menyampaikan bahwa dengan kualitasnya, Zulfiandi bisa bermain di Eropa. Kalau saja Luis Milla menemukannya saat masih berusia 13 tahun, mungkin Zulfiandi akan dibawa dan dicoba di akademi Barcelona,” ucap mantan pemain Persema Malang ini.
Rekomendasi Jersey Fantasy dan Jaket Bertema Garuda yang Keren
Penilaian Milla tidak salah alamat. Zulfiandi merupakan salah satu gelandang terbaik yang dimiliki Indonesia dalam setahun terakhir. Pemain kelahiran Bireuen itu selalu menjadi pilihan utama mengawal lini tengah timnas Indonesia, baik di level junior atau senior.
Kemampuannya mengolah si kulit bulat begitu komplit. Ia piawai mengatur tempo permainan. Visi bermainnya cemerlang. Persis seperti Sergio Busquets di Barcelona.
Kehebatannya melepaskan umpan juga tak perlu diragukan lagi. Pada gelaran AFF 2018 lalu, Zulfiandi tercatat sebagai pemain timnas terbaik dalam hal akurasi umpan. Berdasarkan statistik Opta, akurasi umpan Zulfiandi menyentuh angka 86,9 persen.
Zulfiandi terlahir dari keluarga yang sangat sederhana. Ayahnya hanya supir bis lintas Sumatera, sedangkan ibunya seorang ibu rumah tangga. Kondisi perekonomian keluarganya begitu memprihatinkan. Bahkan untuk membeli sepatu bola saja mereka kesulitan.
“Ekonomi keluarga pas-pasan. Saya sempat kesulitan untuk bisa menjadi pesepakbola. Harus bantu-bantu keluarga. Saya bahkan sempat tidak mampu beli sepatu bola. Ayah saya saat itu kehabisan uang. Sepatu yang saya pakai sudah rusak parah,” ujarnya.
“Saya kumpulkan uang jajan. Rela tidak jajan di sekolah demi membeli sepatu bola. Saat itu uang saya hanya terkumpul seratus ribu. Saya diam saja, tapi ternyata ayah saya tahu kalau saya lagi kekurangan uang. Dia menambahkan seratus ribu lagi,” sambungnya.
Pemain kelahiran 17 Juli 1995 itu mengaku masih menyimpan sepatu bola pertamanya itu. “Saya simpan, itu adalah sepatu pertama yang saya beli dengan hasil kerja keras,” ucap Zulfiandi.
Meski begitu, mantan pemain Bhayangkara FC itu tak patah semangat dan terus bermimpi. Sejak kecil mimpi Zulfiandi hanya satu: menjadi pemain bola hebat.
Bersama teman-temannya, Zulfiandi kecil biasa bermain bola di areal persawahan. “Sebenarnya dasar main bola saya dari SD hobi main di sawah sama teman,” kata Zulfiandi kepada TribunSumsel.
Dari sawah, pemain anyar Madura United itu lantas menimba ilmu di SSB Barata di Bireuen. Dari sanalah potensi Zulfiandi tercium oleh Indra Sjafri. “Dia (Zulfiandi), gelandang yang bagus. Salah satu kelebihan yang dimilikinya adalah, memiliki tendangan keras. Kemampuannya sangat dibutuhkan, jika tim mengalami kebuntuan dalam membongkar pertahanan lawan,” tutur Indra Sjafri.
Ia mendapat kesempatan mengikuti seleksi timnas U-19. Singkatnya ia berhasil menembus skuat utama timnas U-19 yang diproyeksikan untuk piala AFF U-19 pada 2013 silam.
Namun kariernya tidak selalu berjalan mulus. Ia tertimpa cedera serius usai mengantarkan timnas juara piala AFF U-19 pada 2013 lalu. Cedera membuat namanya tenggelam. Bertahun-tahun bergulat dengan cedera, karier Zulfiandi sempat diyakini sudah tamat.
“Ya benar, saya sempat divonis karier sudah habis oleh seorang pelatih (Zulfiandi menolak menyebut identitasnya). Namun, saya tidak sakit hati justru malah membuat saya termotivasi untuk membuktikan bahwa hal itu salah,” ungkap Zulfiandi.
Namun kenyataan berkata lain. Zulfiandi berhasil bangkit dari keterpurukannya. Di Sriwijaya FC ia menemukan kembali sentuhan terbaiknya. Ia berhasil menunjukan penampilan yang konsisten sepanjang kompetisi Liga 1 musim lalu. Sayangnya, ia gagal menyelamatkan Sriwijaya FC dari jurang degradasi. Laskar Wong Kito dipastikan terlempar ke Liga 2 musim depan.
Saat ini Zulfiandi telah resmi berseragam Madura United. Ia dikontrak selama dua tahun dengan opsi perpanjangan satu tahun. Ia akan mengenakan nomor punggung 35. Nomor punggung yang sama dengan yang ia pakai di Sriwijaya FC.