Momentum Bagi Lewis Hamilton

Di tengah guyuran hujan, balapan malam Formula 1 (F1) GP Singapura pada hari Minggu (17/9) kemarin barangkali jadi salah satu seri yang paling menyebalkan bagi tim Scuderia Ferrari di sepanjang musim balap 2017 kali ini.

Bagaimana tidak, di saat kedua pembalap andalannya, Sebastian Vettel dan Kimi Raikkonen, menempati grid pertama dan keempat sehingga kans untuk meraih poin maksimal terbuka lebar, tim yang berbasis di Fiorano ini justru gagal mendulang kemenangan dan juga angka.

Hanya sesaat usai lampu hijau menyala tanda balapan dimulai, Vettel dan Raikkonen justru terlibat insiden dengan pembalap Red Bull Racing, Max Verstappen, sebelum memasuki tikungan pertama di Sirkuit Marina Bay.

Alhasil, kedua pembalap Ferrari tersebut dan Verstappen tak dapat melanjutkan lomba akibat mobil mereka mengalami kerusakan fatal.

Beruntung, Vettel justru berhasil lepas dari hukuman akibat manuver defensif nan berisiko yang dibuatnya selepas start. Sebuah realita yang menuai banyak kecaman dari para penggemar F1.

Saya pun meyakini bahwa sekembalinya ke paddock guna menyaksikan tayangan ulang dari insiden yang dialaminya bersama Raikkonen serta Verstappen hanya beberapa meter dari garis start, Vettel pasti akan merutuki dirinya sendiri.

Manuver defensif yang terlalu berisiko itu benar-benar merusak kans besarnya untuk memenangi lomba sekaligus memangkas jarak dari rival utamanya dari tim Mercedes, Lewis Hamilton, dalam memperebutkan titel juara dunia.

Gagalnya Vettel melanjutkan lomba memang bikin Hamilton dapat membalap dengan nyaman sekaligus melenggang bebas guna merebut podium nomor satu di GP Singapura. Eks pembalap McLaren itu dibuntuti oleh Daniel Ricciardo (Red Bull Racing) dan Valtteri Bottas (Mercedes) yang finis di tempat kedua serta ketiga.

Menariknya, selepas babak kualifikasi nan berat pada hari Sabtu (16/9), Hamilton yang memulai balapan dari grid kelima sudah menyatakan jika dirinya butuh keajaiban agar bisa memenangi GP Singapura.

Alasan yang dikemukakan Hamilton sederhana, cuaca yang kurang bersahabat di Negeri Singa serta performa Ferrari dan Red Bull yang jauh lebih baik ketimbang Mercedes sepanjang akhir pekan.

BACA JUGA:  Akhir Pekan yang Vital untuk Vettel

Namun seperti yang telah saya paparkan di bagian awal artikel, asa perihal keajaiban yang didengungkan Hamilton justru menjadi kenyataan akibat insiden tersebut. Kemenangan di Sirkuit Marina Bay itu sendiri bikin pembalap Inggris 32 tahun tersebut semakin kukuh di puncak klasemen sementara.

Tak sampai di situ, Hamilton juga sukses memperlebar selisih angkanya dengan Vettel menjadi 28 poin. Walau selisih angka di antara Hamilton dan Vettel bukan jumlah yang masif tapi jarak tersebut merupakan yang terbesar pada musim ini.

Lebih jauh, angin yang tengah berhembus kepada Hamilton selepas GP Singapura kemarin jelas memotivasi dirinya untuk terus menampilkan performa terbaik dalam kondisi sesulit apa pun.

Hamilton laksana penganut mahzab “Pertempuran di trek hanya usai begitu chequered flag alias bendera kotak-kotak hitam dan putih berkibar sebagai pertanda finis. Jika bendera tersebut belum berkibar, maka segala sesuatunya masih mungkin terjadi di sebuah balapan.”

Terlebih mobil Mercedes F1 W08 EQ Power+ yang dikendarai pembalap dengan nomor mobil 44 itu merupakan paket paling komplit (cepat, tangguh, dan punya reliabilitas tinggi) di ajang F1 dalam beberapa musim terakhir.

Kombinasi mobil Mercedes dengan kemampuan balap ciamik, mentalitas kuat dan pengalaman segudang Hamilton ibarat senjata kelas berat yang takkan mudah dibendung begitu saja.

Akan tetapi, segala keunggulan tersebut dan posisi yang sedang berada di atas angin tak boleh membuat pembalap dengan jumlah kemenangan terbanyak kedua di F1 itu merasa jemawa.

Apalagi musim balap kali ini masih tersisa enam seri yakni GP Malaysia, GP Jepang, GP Amerika Serikat, GP Meksiko, GP Brasil, dan GP Abu Dhabi. Hal ini bermakna ada cukup banyak probabilitas yang mungkin saja terjadi di pengujung musim nanti.

Belajar dari musim lalu

Mantan kekasih dari Nicole Scherzinger ini sepatutnya ingat gelaran GP Malaysia tahun 2016 yang lalu. Terlibat pertarungan sengit dalam memperebutkan titel juara dunia dengan rekan setimnya pada saat itu, Nico Rosberg, Hamilton yang koleksi poinnya di papan klasemen sedang tertinggal malah gagal finis akibat kerusakan mesin di putaran ke-40 walau sedang memimpin lomba.

BACA JUGA:  Adrian Doherty yang Melegenda dan Terlupakan

Melihat nasib sial yang melanda Hamilton, Rosberg lantas menggeber mobilnya buat mengunci podium ketiga di akhir balapan sekaligus memperlebar jarak di antara mereka jadi 23 poin.

Selisih ini sendiri tak sanggup dipangkas Hamilton di lima seri tersisa pada musim 2016 (GP Jepang, GP Amerika Serikat, GP Meksiko, GP Brasil, dan GP Abu Dhabi) sehingga Rosberg berhasil menggenggam titel juara dunia pertama sekaligus terakhirnya (karena memutuskan pensiun setelah musim berakhir) di pengujung musim bermodal keunggulan 5 poin saja.

Situasi yang ada pada musim ini di antara Hamilton-Vettel tak ubahnya rivalitas Hamilton-Rosberg di musim lalu. Bedanya, Hamilton musim ini berperan selayaknya Rosberg pada musim kemarin sementara Vettel musim balap 2017 adalah jelmaan Hamilton tahun 2016.

Tampil maksimal guna memanfaatkan momentum

Bila ingin merengkuh gelar dunianya yang keempat sekaligus menahbiskan diri sebagai pembalap Inggris dengan titel terbanyak di ajang F1 dan mengungguli nama legendaris semisal Sir Jackie Stewart, maka peluang emas berikut momentum yang sedang berpihak kepada Hamilton kudu dimanfaatkannya sebaik mungkin.

Tak boleh ada kesalahan elementer yang dilakukannya pada enam seri balap tersisa nanti, baik di babak kualifikasi maupun lomba.

Di sisi lain, Mercedes sebagai tempat bernaung Hamilton juga wajib memberi servis terbaik untuk pembalapnya ini. Kerusakan-kerusakan teknis dari mobil yang dikendarai Hamilton tak seharusnya muncul di fase-fase krusial seperti sekarang.

Terlepas dari selentingan bahwa bos Mercedes, Toto Wolff, belum akan mendukung total Hamilton di sisa musim lantaran Bottas juga masih mempunyai peluang untuk mencomot gelar dunia.

Harus diakui, terdapat sejumlah pekerjaan ekstra yang sedang menanti Hamilton dalam beberapa seri ke depan. Meski unggul poin di klasemen sementara, tekanan yang mengarah padanya tentu bakal semakin menggunung. Dibutuhkan konsentrasi dan determinasi maha hebat untuk melaluinya dengan gemilang.

Sanggupkah Lewis?

Komentar