Membawa Sepakbola ke Musi Banyuasin

Tak banyak orang tahu tentang Kabupaten Musi Banyuasin atau yang biasa disebut Muba. Daerah administratif yang berada di sisi barat Provinsi Sumatera Selatan itu merupakan kabupaten kecil dengan total penduduk kurang lebih 600 ribu jiwa, hanya seperenam penduduk ibukota.

Berbicara soal sepakbola, kabupaten ini memiliki klub kesayangan bernama Persimuba. Tim yang bermarkas di Stadion Serasan Sekate tersebut kemudian berubah nama menjadi Muba United pada tahun 2019.

Menjadi juara Liga 3 Regional Sumatera Selatan pada tahun lalu adalah prestasi terbaik yang pernah dicatatkan oleh Muba United. Memang cuma sebatas itu pencapaian tertinggi dari klub tersebut sepanjang kiprahnya di persepakbolaan Indonesia.

Lantas tidak mengherankan apabila pada musim-musim sebelumnya sebagian besar masyarakat Muba lebih memilih Sriwijaya FC sebagai tim kebanggaan mereka. Wajar saja, Laskar Wong Kito sudah membawa nama Sumatera Selatan di pentas tertinggi sepakbola Indonesia.

Namun, pada musim ini, masyarakat Muba tampaknya benar-benar akan mempunyai tim kebanggan kotanya sendiri. Semua bermula menjelang penutupan pendaftaran Liga 2 musim 2020.

Ketika itu, nama Muba Babel United mendadak muncul. Klub tersebut lahir dari proses merger dua tim, yaitu Muba United dari Liga 3 dan Babel United yang pada musim lalu sudah bermain di Liga 2.

Kegagalan Muba United untuk promosi ke Liga 2 di musim lalu dan kendala keuangan yang dialami oleh tim Babel United dilihat sebagai sebuah peluang oleh Dodi Reza sebagai fast track bagi Muba United untuk segera bermain di kasta tertinggi sepakbola Indonesia.

Mantan Presiden Sriwijaya FC tersebut seolah ingin membangun kekuatan sepakbola baru di Sumatera Selatan yang sudah terlanjur lekat dengan tim yang bermarkas di Stadion Jakabaring itu.

BACA JUGA:  Loyalitas Suporter dan Pentingnya Mempertahankan Identitas Klub

Beberapa pengamat mengatakan ambisi Dodi Reza, yang juga merupakan Butpati Muba, dalam memajukan sepakbola daerahnya memang terlihat seperti misi pembuktian Dodi yang baru saja kalah bertarung di Pilkada Sumsel tahun 2018 silam.

Pengorbanan Dodi Reza dalam membangun kekuatan Sriwijaya FC bertahun-tahun sebelumnya, tampaknya belum berhasil memenangkan hati masyarakat Sumsel. Ia gagal meneruskan tonggak sang ayah yang sudah menjadi gubernur di Sumsel dari tahun 2001 hingga 2012.

Pembentukkan Sriwijaya FC menjadi Los Galacticos pada tahun 2018 pun tak berpengaruh besar bagi suara yang diperoleh oleh putra sulung Alex Noerdin tersebut.

Layaknya kisah Balaputradewa yang menepi ke Sumatera setelah dikalahkan Rakai Pikatan kala memperjuangkan haknya sebagai penerus trah Syailendra atas tahta Mataram, kekalahan pada Pilkada 2018 juga membuat Dodi Reza menepi kembali ke Muba.

Sama halnya dengan yang dilakukan Balaputradewa dulu saat membangun kerajaan Sriwijaya di Sumatera setelah terusir dari Jawa, Dodi Reza kini juga sedang mencoba membangun kembali kerajaan sepakbolanya lewat Muba Babel United setelah gagal di tanah Palembang.

Beberapa hal disiapkan Dodi dan manajemen tim berjuluk Laskar Ranggonang ini untuk meraih target promosi ke Liga 1 di musim depan. Dari sisi fasilitas dan infrastruktur, Stadion Serasan Sekate direvitalisasi agar menjadi stadion dengan standar penyelenggaraan Liga 1.

Wisma dan fasilitas latihan bagi para pemain pun dibangun dengan standar internasional. Beberapa perusahaan daerah pun digaet untuk menjadi sponsori tim demi mengarungi ketatnya liga 2 di musim 2020.

Dari sisi tim, Dodi Reza mempercayakan Bambang Nurdiansyah menjadi pelatih dari tim Muba Babel United. Beberapa pemain yang dulu pernah membela panji Sriwijaya FC pun didatangkan ke Muba Babel United.

BACA JUGA:  Persindra dan Tangis Tridaya

Sebut saja nama seperti Hapit Ibrahim, Rizsky Dwi Ramadhana, Amirul Mukminin, Jeki Arisandi, Bobby Satria, hingga Yogi Rahardian. Mereka kini berseragam Laskar Ranggonang untuk mengarungi Liga 2.

Kemenangan 3-0 yang diraih Muba Babel United ketika menjalani laga kandang pertama melawan tamu dari Tegal, Persekat, menjadi bukti bahwa tim instan ini patut diperhitungkan sebagai calon peraih tiket promosi ke Liga 1 musim depan.

Meski banyak yang menilai Muba Babel United merupakan alat politik yang digunakan oleh Dodi Reza semata, setidaknya kini masyarakat Musi Banyuasin bisa menyaksikan sepakbola secara langsung di kota mereka.

James Dorsey, dalam tulisannya yang berjudul The Politics of Indonesian and Turkish Soccer: A Comparative Analysis, mengamini bahwa di Indonesia sepakbola memang telah dipolitisasi karena memiliki peran vital dalam politik domestik dan tertanam dalam kehidupan sehari-hari.

Meski banyak yang beranggapan bahwa tim ini umurnya tak akan lama, setidaknya masyarakat Muba kini sudah tidak perlu lagi mendukung tim dari Ibukota Sriwijaya.

Lewat Muba Babel United, mereka akan membangun sebuah identitas daerah baru yang lahir dari sebuah klub sepakbola sebagaimana yang disebutkan Adrian Gomez dalam Football Clubs as Symbols of Regional Identities.

Kini, masyarakat Muba mulai bisa menantang seteru sekota mereka. Mereka boleh memiliki asa untuk menyaksikan langsung tim-tim seperti Arema atau Persija bermain di kota mereka. Juga bisa berharap bahwa Dodi Reza benar-benar berupaya membawa sepakbola Indonesia ke Musi Banyuasin.

Komentar
Abdi negara yang suka nonton sepakbola tanpa huru-hara. Akun twitter @abietsaputra