Kaesang Pangarep, Harapan Persis dan Solo

Belakangan ini, sepakbola Solo kembali menggeliat. Penyebabnya bukan kehadiran Bhayangkara Solo FC sebagai tim yang kini berkandang di Kota Batik, melainkan proses akusisi tim asli Solo, Persis, oleh Kaesang Pangarep, putra bungsu presiden Republik Indonesia saat ini, Joko Widodo.

Bersama dengan Kevin Nugroho dan Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Erick Thohir, Kaesang resmi mengambilalih saham mayoritas klub dari tangan PT. Persis Solo Saestu.

Detailnya, sekarang Kaesang memegang 40 persen saham, Kevin 30 persen saham, dan Erick 20 persen saham. Sementara 10 persen saham tersisa tetap dipegang pendiri PT. PSS dan 26 tim internal.

Bicara rekam jejak, kita tidak ragu akan sosok Erick. Pengusaha sukses ini sudah malang melintang di kancah olahraga, baik dalam maupun luar negeri.

Tim basket Satria Muda Pertamina adalah klub basket nasional yang dimiliki Erick. Sedangkan D.C. United (Amerika Serikat) dan Internazionale Milano (Italia) pernah ia miliki sahamnya.

Sementara pengalaman Kaesang bersama Kevin yang bahu-membahu dalam memproduksi jas hujan dengan jenama Tugas Negara Boss, baru sebatas mengikat kontrak sebagai sponsor dari kesebelasan yang beraksi di Liga 2, PS Mojokerto Putra beberapa tahun lalu.

Pada era modern, akusisi sebuah klub profesional adalah hal yang lumrah terjadi. Persis sendiri jadi kesebelasan nomor sekian di tanah air yang berpindah kepemilikan.

Akan tetapi, akuisisi Persis menjadi menarik lantaran Kaesang membawa embel-embel anak presiden.

Alhasil, banyak media nasional, baik daring maupun cetak, yang mengaitkannya dengan unsur politik. Terlebih, Gibran Rakabuming Raka, kakak Kaesang, juga baru terpilih sebagai Walikota Solo.

Di usianya yang menginjak 26 tahun, Kaesang masih tergolong muda dan sangat wajar jika banyak pihak yang menilai ia minim pengalaman, khususnya mengelola sebuah klub sepakbola profesional.

BACA JUGA:  Inggris: Pencetus dan Pelanggar Aturan Rasisme

Usai menamatkan pendidikannya di Singapura, Kaesang merintis sejumlah usaha kuliner seperti Sang Pisang, Ternakopi, Yang Ayam, dan lain-lain.

Pemuda kelahiran 25 Desember 1994 ini juga aktif sebagai Youtuber dan sudah memiliki 1,1 juta subscriber di akunnya.

Tak ingin berhenti sampai di situ, Kaesang memperlebar sayapnya dengan merambah dunia fesyen. Ia mendirikan jenama Sang Javas dan menjual berbagai produk fesyen. Namun yang paling kondang adalah kaos kecebong.

Kendati minim pengalaman dan butuh waktu belajar, tetapi Kaesang didampingi sosok-sosok yang sudah kenyang asam garam bagaimana mengelola sebuah tim olahraga profesional.

Alih-alih cemas, fans Persis dan masyarakat Solo pada umumnya justru yakin bahwa rezim Kaesang di tubuh Laskar Sambernyawa akan berjalan dengan baik dan klub yang berkostum merah tersebut bisa mentas lagi di divisi teratas sepakbola nasional, Liga 1.

Proses akuisisi Persis oleh Kaesang dan kawan-kawan juga menunjukkan bahwa industri sepakbola Indonesia kian terbuka bagi siapa saja.

Selama ini, hanya nama-nama tertentu dan itu-itu saja yang dapat berkecimpung. Setidaknya, ada warna baru yang dapat dihadirkan Kaesang.

Masyarakat Solo yang menggilai sepakbola, pun dengan suporter fanatik Persis, kini hanya berharap jika Kaesang dapat mengubah peruntungan salah satu klub tersukses dalam konstelasi sepakbola nasional itu.

Kedatangan Kaesang dan kawan-kawan juga membuat Laskar Sambernyawa punya sejumlah syarat yang dapat membuat mereka jadi kesebelasan top di masa yang akan datang.

Misalnya saja pemilik klub yang berpengaruh dan berpengalaman. Stadion dengan standar internasional yang mudah dijangkau dengan berbagai moda transportasi, hingga fans yang punya dukungan eksepsional.

Sisi yang masih perlu dibenahi antara lain skuad yang pilih tanding, dan presensi pelatih dengan kapasitas juara. Toh, hadirnya Kaesang, Kevin, dan Erick membuat Persis kini jadi primadona baru yang mustahil ditampik.

BACA JUGA:  Mewaspadai Gerak-gerik Borneo FC

Sebagai pemilik klub, Kaesang perlu belajar dari nama-nama muda seperti Nabil Husein dan Azrul Ananda.

Nama pertama adalah pemilik klub asal Kalimantan Timur, Pusamania Borneo FC. Sedangkan figur kedua adalah presiden klub beken Jawa Timur, Persebaya.

Kedua sosok di atas membuktikan diri mereka mampu mengelola klubnya secara profesional.

Bahkan, Borneo dan Persebaya jadi kesebelasan yang diminati pemain-pemain ternama.

Momen ‘curi resep’ Kaesang dari Pieter Tanuri, bos Bali United, bisa menjadi awalan yang baik.

Paling tidak, ia makin memahami industri sepakbola nasional dan tahu cara memaksimalkan potensi yang dimiliki Persis agar berkembang.

Isu politis memang sulit dilepaskan dari proses akuisisi Persis oleh Kaesang mengingat statusnya sebagai putra presiden yang tengah berkuasa.

Namun di luar hal itu, upaya Kaesang perlu diapresiasi. Ia mau terjun ke dunia sepakbola nasional yang identik dengan ketidakpastian dan masalah.

Di pundak Kaesang, Persis dan masyarakat Solo meletakkan harapan. Laskar Sambernyawa dapat tampil lebih baik dan persepakbolaan di Kota Batik kian maju.

Tidur panjang Persis sudah saatnya diakhiri. Mereka harus bangkit dan kembali berjaya seperti dahulu.

Siapa tahu, keterlibatan sang putra bungsu di Persis juga membuat presiden lebih memperhatikan sepakbola Indonesia.

Alhasil, di masa depan kompetisi sepakbola nasional menjadi lebih pasti perhelatannya sebab jaminan perizinan bisa didapat dengan lebih mudah.

Komentar
Tersasar menjadi PNS, tetapi tetap memperhatikan sepakbola nasional usai gagal menjadi pemain profesional. Suka sejarah dan hobi melakoni awaydays. Mari bertegur sapa di Twitter via akun @bang_pan71.