Jejak Italia di Playoff Piala Dunia

Langkah Tim Nasional Italia menuju Piala Dunia 2022 yang diselenggarakan di Qatar menemui kerikil tajam.

Pacuan terakhir merebut satu tiket dari Grup C zona Eropa justru dimenangkan oleh Swiss. Padahal, Gli Azzurri lebih lama menghuni puncak klasemen.

Dramatis. Mungkin kata itu tepat untuk menggambarkan perebutan jatah lolos otomatis dari Grup C sebagai jawara grup.

Semua memang karena kesalahan Italia sendiri. Sebetulnya, mereka punya kans meloloskan diri lebih awal jika sanggup memenangkan laga melawan Swiss di Stadion Olimpico (13/11).

Nahas, penalti Jorginho pada menit-menit akhir pertandingan melambung ke angkasa. Italia gagal menyegel kemenangan dan mesti puas dengan hasil seri.

Catatan itu diekori dengan hasil seri berikutnya yang diperoleh Gli Azzurri saat bertandang ke Irlandia Utara (16/11).

Sementara di tempat lain, Swiss berhasil membungkam Bulgaria sehingga finis di puncak klasemen Grup C.

Tanpa bermaksud meremehkan Swiss, rasanya Italia tidak layak berada pada babak playoff.

Selain performa impresif selama babak grup, anak asuh Roberto Mancini adalah juara Piala Eropa 2020 (dihelat pada tahun 2021).

Rasanya janggal sekali melihat kampiun Benua Biru kehilangan tajinya hanya dalam tempo beberapa bulan serta terancam tidak lolos ke Piala Dunia.

Akan tetapi, La Nati juga menampilkan performa yang tak kalah gahar untuk mengirim Italia ke babak playoff.

Bagi Gli Azzurri sendiri, ini menjadi kali kedua beruntun tampil pada babak playoff Piala Dunia. Pada 2018 lalu, mereka juga menjalaninya.

Sejak menjuarai Piala Dunia 2006, Italia seakan tidak berjodoh dengan ajang sepakbola antarnegara paling wahid itu.

Sekadar lolos dari babak grup saja mereka cukup kewalahan. Datang ke Afrika Selatan pada tahun 2010 silam dengan status juara bertahan, mereka babak belur di grup yang ‘hanya’ berisikan Paraguay, Slovakia, dan Selandia Baru.

Parahnya, Fabio Cannavaro dan kawan-kawan berakhir sebagai juru kunci grup dan mengulang catatan kelam di Piala Dunia 1950. Ketika itu Italia juga berstatus juara bertahan serta gagal lolos ke fase gugur.

BACA JUGA:  Takhta Wojciech Szczesny

Asa untuk berprestasi di Piala Dunia 2014 sempat mencuat mengingat catatan tak terkalahkan di fase kualifikasi dan status sebagai finalis Piala Eropa 2012.

Kemenangan dalam duel klasik versus Inggris, salah satu tim unggulan di fase grup membuat Italia difavoritkan sebagai calon kampiun grup.

Terlebih, dua lawan berikutnya cuma Kosta Rika dan Uruguay. Namun yang terjadi justru membuat bingung publik pencinta sepakbola karena Gli Azzurri justru tidak mampu menceploskan satu pun gol ke gawang Fernando Muslera maupun Keylor Navas.

Uruguay dan Kosta Rika yang mulanya diremehkan malah berhasil lolos dari grup neraka untuk beraksi di babak gugur.

Berselang empat tahun kemudian, ambisi tampil di Piala Dunia 2018 malah menghadirkan aib paling memalukan bagi Italia.

Mereka finis di bawah Spanyol pada babak kualifikasi. Hal itu bikin mereka kudu melakoni playoff melawan Swedia.

Kendati lebih diunggulkan, nyatanya Blagult yang berangkat ke Rusia. Sementara Italia harus meratapi nasibnya.

Saat berduel di Stadion Friends Arena, Swedia unggul 1-0. Pada laga kedua di Stadion Giuseppe Meazza, papan skor menunjukkan angka 0-0. Emil Forsberg dan kawan-kawan pun unggul agregat 1-0.

Kegagalan menuju Negeri Beruang Merah juga membuat Giampiero Ventura didepak dari kursi allenatore.

Catatan di atas mengulang sejarah yang sudah sangat lama berlalu yakni ketika Italia dikalahkan Irlandia Utara pada perjalanan menuju Piala Dunia 1958 dan memaksa Gli Azzurri absen dari pesta sepakbola termegah yang kala itu dihelat di Swedia.

Lebih pahit, absensi Italia di Rusia menjadi perpisahan yang tak mengenakkan bagi sejumlah penggawa senior seperti Andrea Barzagli, Gianluigi Buffon, dan Daniele De Rossi.

1998 atau 2018?

Publik Italia barangkali khawatir setengah mati perihal nasib negaranya. Memori kegagalan di playoff Piala dunia 2018 lalu masih membekas di kepala.

BACA JUGA:  Feminisme Sepak Bola

Hasil undian babak playoff sendiri akhirnya kita ketahui semalam. Italia masuk ke dalam path 3 bersama Makedonia Utara, Portugal, dan Turki.

Negara pertama menjadi lawan anak asuh Mancini pada semifinal. Jika sukses mengangkangi Makedonia Utara, Italia akan berhadapan dengan pemenang laga Portugal versus Turki guna berebut tiket ke Piala Dunia 2022.

Ketimbang terjebak pada kenangan pahit empat tahun silam. Ada baiknya publik Italia menyalakan semangat dan asa seperti tahun 1998.

Kala itu, Italia terjebak di babak playoff kualifikasi Piala Dunia 1998 usai finis sebagai runner up Grup 2 zona Eropa.

Padahal performa tim asuhan Cesare Maldini sepanjang kualifikasi terbilang cukup brilian dengan tak terkalahkan serta cuma kebobolan dua kali. Status mereka sendiri adalah finalis Piala Dunia 1994.

Nahas, sepasang hasil seri dari dua laga terakhirnya (melawan Georgia dan Inggris) di babak kualifikasi membuat Italia harus rela menjalani playoff guna bersua Rusia.

Padahal skuad Gli Azzurri saat itu dijejali banyak pemain berkelas. Masih ada Roberto Baggio dan Paolo Maldini sebagai poros tim.

Mujur, ketika bermain di Stadion Luzhniki, Italia sanggup menahan imbang Rusia dengan skor 1-1.

Sebaliknya, saat beraksi di Stadion San Paolo, Italia mampu menaklukkan sang lawan dengan skor tipis 1-0.

Keunggulan agregat 2-1 sudah cukup untuk menggaransi partisipasi Gli Azzurri di Prancis.

Walau skema playoff Piala Dunia 2022 lebih rumit, Italia bukannya tanpa harapan untuk lolos.

Mereka harus memaksimalkan waktu yang ada buat mempersiapkan diri. Utamanya mengatasi problem internal dari sisi teknis yang selama ini terekspos.

Baru kemudian mempelajari kelebihan dan kelemahan calon lawan sehingga punya segudang bekal untuk bertarung memperebutkan kemenangan dan tiket menuju Qatar.

#ForzaItalia

Komentar
Penulis merupakan alumni Magister PPKn Universitas Negeri Padang dan pencinta Chelsea FC. Bisa dihubungi di instagram @hendra_fm dan twitter di @hendrafm7.