Saat resmi didatangkan manajemen Persela guna mengarungi Liga 1 musim 2019, tak banyak pihak yang menyoroti Kei Hirose.
Ia lebih dianggap sebagai pelengkap dari kuota pemain asing asal Asia milik Persela saja kala itu.
Musim Liga 1 2019 bisa dibilang kiprah terburuk Laskar Joko Tingkir selama 15 tahun berkiprah di level tertinggi sepakbola Indonesia.
Bagaimana tidak, sedari awal Persela sangat sulit keluar dari zona degradasi. Ditambah lagi suporter yang datang ke Stadion Surajaya sangat sedikit.
Bisa dibilang, Persela sedang apes-apesnya pada musim itu. Dalam laga perdana, mereka harus berduel melawan tim yang dihuni banyak pemain berkualitas, Madura United.
Walau bermain di kandang sendiri, Persela dilumat dengan skor 1-5. Kekalahan itu merupakan rekor kekalahan terbesar di Surajaya yang bertahan sampai sekarang.
Sontak muncul pesimisme dari Persela Fans. Pesimisme itu ditambah lagi dengan skuad skuad yang alakadarnya.
Tidak adanya pemain bintang yang cukup terkenal dan berpengalaman dirasa banyak pihak sebagai kekurangan Persela pada musim tersebut.
Padahal kompetisi akan berjalan panjang dengan jadwal yang sangat padat.
Dibanding tim lain, Persela yang saat itu diasuh Aji Santoso memang terkesan tidak siap. Persela banyak ditinggal oleh penggawa andalan jelang musim bergulir.
Alih-alih mencari pengganti sepadan dari Saddil Ramdani atau trio pemain asing Diego Assis, Loris Arnaud, dan Wallace Costa yang pergi, manajemen malah bergerak lambat dan akhirnya mendapat pemain yang kualitasnya sedang-sedang saja.
Ini cukup membuat pilu karena pada musim sebelumnya Persela adalah tim yang tak terkalahkan di kandang sendiri.
Sebuah prestasi yang bagus, namun justru harus tercoreng pada pertandingan pertamanya di musim 2019.
Pada tiga pertandingan awal musim, penampilan Persela kurang greget. Ini terbukti hingga pekan ketiga, Laskar Joko Tingkir awet menjadi juru kunci klasemen.
Dalam tiga pertandingan itu, Persela hanya mengantongi satu poin dengan kebobolan 10 gol dan hanya mencetak 5 gol.
Penampilan buruk itu membuat Persela sering ditinggal pulang oleh suporter di tribun selatan dan timur, bahkan sebelum wasit meniupkan peluit panjang berakhirnya pertandingan.
Pemandangan ini tidak enak dipandang mata, tapi itu adalah konsekuensi yang harus diterima Persela ketika para pendukungnya kecewa dengan pemain-pemain yang bermain buruk.
Anthem “Setia Bersamamu” yang biasa terdengar lantang di seluruh penjuru stadion, kini terdengar sayup-sayup.
Aji pun menjadi sosok yang dikambinghitamkan atas kegagalan Persela pada musim itu.
Ditengarai skuad Persela musim itu diisi banyak pemain dari klub amatir milik sang pelatih yaitu Asifa. Aji kemudian dipecat sebelum pertengahan musim dan digantikan oleh Nil Maizar.
Dalam serentetan penampilan buruk Persela saat itu, tepuk tangan sambil berdiri patut diberikan Persela Fans kepada Hirose.
Tanpa menyepelekan pemain lain, Hirose mampu menjadi lakon utama untuk Persela pada musim itu.
Ia tampil stabil dan prima di antara banyak pemain lain yang bermain buruk. Hirose menjadi pembeda, panutan, dan motivator pemain lain seraya memberi keyakinan bahwa Laskar Joko Tingkir bisa terus menang di setiap laganya.
Hirose bak pemain yang tak memiliki pusar. Ia punya stamina dan energi luar biasa. Gelandang energik ini selalu menjadi pilihan utama semenjak bergabung pada Februari 2019.
Selain berkontribusi pada Liga 1 musim itu, Hirose juga bermain sangat bagus pada turnamen pra-musim yakni Piala Presiden. Termasuk saat menang atas Arema FC di Kanjuruhan.
“Saya bergabung pada Februari dan langsung bermain di Piala Presiden. Saya dimainkan pada semua pertandingan Persela. Saya ingin mengucapkan terima kasih kepada semua orang atas dukungannya,” ucapnya seperti dilansir laman resmi Persela.
Meski berpostur 172 sentimeter, tapi tenaganya mampu membuat mental pemain lawan remuk sebab ia kuat dalam adu fisik.
Hirose merupakan pemain paling berkontribusi bagi Persela musim itu. Bahkan bisa dibilang dirinya adalah pusat permainan Laskar Joko Tingkir.
Ia menjadi pengatur permainan, penendang bola mati, hingga membantu pertahanan. Jargon ada di mana-mana begitu pas disematkan kepada sosok kelahiran 20 November itu setiap kali Persela bertanding.
Pemain yang mengawali karirnya di klub Senzhu University tersebut memang menjalani musim yang hebat pada tahun pertamanya mencicipi atmosfer sepakbola Indonesia.
Pemain asal Jepang tersebut tak pernah absen atau digantikan di tengah laga sepanjang kompetisi Liga 1 musim 2019.
Hirose bermain 34 kali dan merumput selama 3.060 menit. Ia mencatatkan diri sebagai satu-satunya pemain outfield Persela yang pernah bermain satu musim penuh tanpa tergantikan.
Kondisi fisiknya begitu paripurna sehingga jarang mengalami cedera. Padahal dengan peran sebagai gelandang, ia memiliki mobilitas sangat tinggi di setiap pertandingan.
Catatan yang juga cukup mencengangkan, di Liga 1 musim 2019, lelaki yang sempat menimba ilmu di Jerman itu hanya sekali mendapatkan kartu kuning!
Hirose bagai tak memiliki rasa lelah untuk terus berlari guna memainkan atau mengejar bola.
Karakternya yang spartan dan ngeyel melebihi para pemain asal Jawa Timur yang konon memiliki gaya main seperti itu. Kebetulan, daerah ini juga menjadi markas Persela.
Dalam sesi latihan, Hirose juga memamerkan sikap yang giat dan serius. Ketika para pemain baru memutari lapangan Surajaya sebanyak satu kali, ia sudah mengitarinya dua kali!
Selama berkostum Persela di musim 2019, Hirose mengemas dua gol serta mencetak 9 asis. Alhasil, ia menjadi pujaan baru Persela Fans.
Kontribusi besar Hirose juga terlihat kalat Persela mengukir catatan tujuh laga tak terkalahkan di pengujung musim. Termasuk meraih lima kemenangan beruntun atas Badak Lampung FC, Borneo FC, Persib, PSM, dan PSS.
Meski sangat berpengaruh pada meningkatnya performa tim di pertengahan sampai akhir musim, ia secara rendah hati enggan disebut sebagai pahlawan.
Sebab mantan pemain Lija Athletic tersebut menilai sukses Persela adalah berkat kerja sama tim.
“Kami bertarung bersama. Saya tidak bisa berjuang sendiri. Di tim ini, kami punya hubungan yang bagus dengan semua anggota tim”.
Penampilan apik Hirose akhirnya bikin sejumlah klub mapan Asia Tenggara kepincut. Johor Darul Ta’zim II kemudian menjadi pelabuhan anyarnya setelah merantau ke Lamongan.
Melihat penampilan heroik Hirose, Persela Fans kecewa saat ia dilepas manajemen. Mereka sebetulnya berharap ia tetap dipertahankan dalam menyongsong musim baru.
Akan tetapi, Persela adalah klub yang beken dalam urusan melepas pemain andalannya setiap kali musim kompetisi selesai. Maka perginya Hirose bak sebuah keniscayaan.
Hal itu menuntut kelapangan dada Persela Fans. Toh, peristiwa serupa begitu sering mereka alami.
Saya sendiri sebagai seorang fans Persela pasti takkan melupakan kiprah Hirose kala berbaju Laskar Joko Tingkir. Ia mampu membantu Persela yang tampil jeblok di awal musim bangkit dan akhirnya lolos dari degradasi.
Perjuangan yang sangat berat pada musim itu ditutup dengan manis lewat kemenangan 2-0 atas Semen Padang.
Surajaya kala itu disesaki penonton. Persela Fans berduyun-duyun datang guna memberikan dukungan. Sebuah pemandangan indah di kota kecil bernama Lamongan.
Arigato, Kei Hirose. Dirimu akan selalu dikenang sebagai petarung sejati di Surajaya.