Mendengar nama Jember, mungkin yang terlintas di pikiran Anda adalah Kota Tembakau atau Kota Suwar-Suwir. Begitulah sebutan kota ini karena produk unggulan yang dihasilkan. Jember juga terkenal dengan Jember Fashion Carnival, parade fesyen dengan catwalk terpanjang di dunia.
Tak ada yang mengenal Jember sebagai kota sepak bola. Maklum, Jember belum pernah memberikan prestasi besar di dunia sepak bola nasional. Ada dua klub sepak bola asal Jember yang sempat berlaga di kompetisi nasional, Persid Jember (Persid) dan Jember United (JU). Denyut kehidupan sepak bola Jember terpusat di satu stadion, yaitu Stadion Notohadinegoro.
Nama Notohadinegoro diambil dari nama Bupati Jember pertama. Tak ada sumber yang dapat dirujuk mengenai kapan Stadion Notohadinegoro berdiri. Kapasitas stadion, merujuk halaman situsweb ligaindonesia.co.id hanya 5.000 orang. Menurut saya, mungkin kapasitasnya bisa mencapai 10.000 orang.
Karena tidak memiliki lampu stadion, pertandingan yang digelar di sini hanya sampai sore hari. Meskipun begitu, Stadion Notohadinegoro pernah dua kali menyelenggarakan pertandingan live di salah satu stasiun televisi. Pertama ketika Persid melawan PSBK Blitar dan Persid menghadapi Persebaya Surabaya di lanjutan Divisi Utama.
Kini keadaan Stadion Notohadinegoro sangat memprihatinkan. Banyak fasilitas yang rusak seperti atap yang berlubang besar dan tribun yang ditumbuhi rerumputan. Hal ini dikarenakan minimnya biaya perawatan stadion. Di sisi lain juga karena tidak adanya kompetisi sehingga stadion jarang digunakan. Hanya setiap minggu salah satu sekolah sepak bola (SSB) menggunakannya sebagai tempat latihan.
[Best_Wordpress_Gallery id=”5″ gal_title=”Stadion Notohadinegoro”]
Stadion Notohadinegoro menyimpan banyak kenangan tentang perjalanan dua tim asal Jember. Persid adalah klub tertua di Jember yang berdiri sejak 1952. Sejak Persid mengikuti kompetisi Divisi II PSSI dan menjadi juara, stadion ini telah digunakan sebagai homebase.
Sebagai satu-satunya stadion di Jember yang memiliki tribun mengelilingi lapangan, Stadion Notohadinegoro terus menjadi markas Persid dalam mengarungi kompetisi PSSI. Persid sendiri tidak pernah merasakan kasta tertinggi sepak bola Indonesia. Terakhir, Persid mengikuti Divisi Utama pada 2011-2014 hingga pada ujung musim Persid harus turun ke Liga Nusantara.
Selain Persid, klub asal Jember lain yang mengikuti kompetisi nasional adalah Jember United. Klub ini sempat berlaga di kompetisi amatir dan meraih juara 1 Divisi III, runner–up Divisi II, dan juara Piala Suratin U-17. JU berdiri sejak tahun 2010 dan berisi pemain-pemain muda.
Soal fan, Jember juga memiliki kelompok suporter yang besar. Pendukung Persid menamakan diri Berni atau Jember Brani. Sebelumnya, suporter di Jember menamakan diri Gangster atau Gabungan Supporter Jember. Antusiasme yang besar dari Berni membuat mereka selalu hadir dalam pertandingan Persid baik home ataupun away. Berni juga ikut mendukung JU kala berlaga di Notohadinegoro.
Pemerintah Kabupaten Jember sendiri tengah membangun stadion baru yang lebih besar. Stadion baru itu dinamai Jember Sport Garden (JSG) yang pembangunannya dimulai sejak tahun 2013 dan hingga saat ini pengerjaannya belum selesai. Padahal saat kampanye Pilkada November lalu, JSG pernah digunakan salah satu calon bupati untuk kampanye berkedok peresmian stadion.
Lucunya, setelah diresmikan, ternyata masyarakat tidak boleh mendekati stadion tersebut dengan alasan belum selesai pembangunannya. JSG diklaim mampu menampung 25.000 penonton. Tribun utama di sisi timur dan barat setinggi tiga lantai dan beratap, sedangkan tribun di sisi utara dan selatan hanya setinggi 2 lantai dan tanpa atap. Bangunan JSG cukup menarik karena memiliki dua bando yang melengkung di atas atap stadion tapi tidak sebesar bando di Stadion Wembley.
Absennya kompetisi sepak bola nasional membuat geliat kehidupan sepak bola Jember mati suri. Semua pihak sepak bola Jember pasti merindukan menyaksikan kembali Persid atau JU berlaga di Notohadinegoro atau mungkin JSG.
Kembali bergulirnya kompetisi adalah harapan yang harus segera diwujudkan karena bagaimana pun bagusnya sepak bola Eropa, kami hanya bisa menonton dari televisi dan sejelek apa pun kualitas sepak bola lokal, menonton langsung di stadion adalah kegembiraan tersendiri.