Menjaga Kepakan Sayap Super Elang Jawa

Gagal menjuarai turnamen Indonesia Super Championship B tahun lalu membuat Sleman Fans, pendukung PSS Sleman secara umum, berharap tim kebanggaannya menjuarai Liga 2 musim ini.

Serangkaian hasil uji tanding yang cukup memuaskan termasuk menahan imbang juara Torabika Super Championship, Persipura Jayapura, membuat ekspektasi Sleman Fans membumbung tinggi.

Ekspektasi yang tinggi, terutama bagi beberapa komunitas suporter di bawah naungan Brigata Curva Sud. Mereka menyumbangkan sejumlah dana untuk tim kebanggaannya. Harapan akan mendapatkan timbal-balik berupa kerja keras yang maksimal di atas lapangan sangat terasa.

Ditambah lagi, di laga pembuka lawan, PSS menjamu PSCS Cilacap. Aroma balas dendam jelas kental. PSCS adalah tim yang membuat PSS terjungkal dihadapan ribuan pendukung yang melawat ke Jepara saat final Indonesia Super Championship B. Apalagi, kali ini, PSCS dihadapi di kandang sendiri dengan dukungan suporter yang lebih banyak.

Harapan juga terlihat di belakang gawang tribun utara, Sleman Fans membentangkan spanduk baru bertuliskan “PSS Sleman aku neng mburimu caket”. Sementara di awal laga, Brigata Curva Sud menyajikan koreografi 3D bergambar elang membawa trofi dengan latar belakang mozaik bertuliskan 2017. Jelas ini merupakan impian untuk juara pada musim ini.

Tidak sesuai ekspektasi

Sejak awal laga, PSCS sukses membungkam lini tengah PSS. Bermain dengan pakem 4-4-2, PSCS berhasil memanfaatkan jarak antara lini pertahanan dan penyerangan PSS yang terlalu luas.

Kedua penyerang PSCS bermain seperti dua penyerang Atletico Madrid yang agak turun kebelakang membuat situasi 2v1 dengan gelandang bertahan PSS. Hal ini membuat Arie Sandy, gelandang bertahan PSS, terpaksa mundur ke lini pertahanan. Sementara itu, gelandang lainnya yaitu Dirga Lasut naik terlalu jauh ke depan di belakang striker.

BACA JUGA:  Mutualisme Irfan Bachdim dan PS Sleman

Dalam situasi tersebut, sering tidak ada pemain PSS di antara dua penyerang dan empat gelandang PSCS. Inilah yang membuat aliran bola Super Elja melalui tengah macet total. Ditambah lagi, PSS harus kehilangan Busari yang membuat kreativitas lini tengah Laskar Sembada hampir nol.

PSS pada akhirnya sering memanfaatkan kedua lini sayap untuk menyerang dan diakhiri dengan umpan silang. Serangan monoton yang terlalu mudah dibaca. Apalagi bek kiri PSS, Tedi Berlian, kerap kehilangan bola saat naik ke atas. Sampai akhirnya PSCS berhasil mencuri gol melalui Galih Akbar Febrian memanfaatkan kegagalan jebakan offside.

Keheningan sebagai ekspresi kekecewaan

Selama 90 menit melihat tim kesayangan bermain tanpa gairah, wajar saja jika Sleman Fans yang hadir terlihat sangat kecewa. Harapan akan kemenangan yang terlalu tinggi membuat rasa kecewa yang hadir pun juga terlalu dalam. Sesekali terdengar umpatan-umpatan yang justru ditujukan kepada PSS dari pendukungnya sendiri. Puncaknya adalah keheningan yang terjadi setelah laga.

Semua tampak berjalan normal ketika pemain tuan rumah mulai masuk lagi ke lapangan dan membentuk lingkaran di tengah lapangan. Sesaat kemudian panpel memutarkan anthem Sampai Kau Bisa.

Saat anthem diputar, semuanya mulai terlihat tidak bisasa. Brigata Curva Sud, yang biasanya dengan lantang menyanyikan lagu tersebut sontak berbalik badan membelakangi pemain. Tidak ada satu pun dari mereka yang menyanyi.

Syal, yang biasa mereka angkat sepanjang lagu dinyanyikan juga tak terlihat. Beberapa pemain yang berada di tengah lapangan terlihat menutupi wajahnya. Bahkan ada juga pemain yang sampai meneteskan air mata.

Tak ada juga koreografi tepukan tangan ala suporter klub-klub Turki yang biasanya dilakukan oleh Brigata Curva Sud setelah anthem dinyanyikan. Semuanya benar-benar hening. Keheningan yang merupakan ekspresi kekecewaan dari Sleman Fans terutama Brigata Curva Sud kepada PSS malam itu.

BACA JUGA:  Messi dan Keberuntungan Penggemar Sepakbola

Mengekspresikan kekecewaan kepada tim yang didukung memang hal yang wajar. Hal seperti itu tak hanya terjadi di Sleman saja. Contohnya saja pendukung klub sebesar Arsenal di berbagai penjuru dunia ramai-ramai membentangkan spanduk #WengerOut atau suporter Manchester United yang kecewa dengan kepemilikan keluarga Glazer.

Namun, saya yakin tidak ada yang menginginkan kekecewaan yang ditunjukkan oleh Sleman Fans berbuntut perselesihan dengan pemain atau jajaran manajemen. Semuanya memang harus berbenah.

Di satu sisi, pelatih dan para pemain harus melakukan evaluasi dan perbaikan. Sementara di sisi lain, Sleman Fans sebaiknya mencoba menerima kenyataan bahwa untuk membentuk tim yang solid butuh waktu yang tak singkat.

Dan yang terpenting, Sleman Fans harus meredam kekecewaannya dan mulai mendukung kembali Super Elja dengan sepenuh hati karena laga tandang melawan Persibangga Purbalingga dimajukan menjadi tanggal 26 April 2017.

Setelah pertandingan melawan PSCS Cilacap, semua pihak harus melakukan introspeksi dan mulai berbenah. Jangan sampai sayap gagah Super Elang Jawa patah karena satu kekalahan.

Komentar
Pendukung Persiba Bantul dengan akun twitter @AndhikaGila_ng