Tagar sepakat damai menggema di beberapa media sosial terutama Twitter dan Instagram. Tentu hal ini merupakan sinyal positif perdamaian antar suporter di Indonesia yang selama ini berada dalam rivalitas buta. Gerakan organik ini muncul sebagai buntut tragedi sepakbola di Kanjuruhan yang menelan ratusan korban jiwa pada laga yang mempertemukan Arema FC melawan Persebaya Surabaya (1/9).
https://twitter.com/eljakomik/status/1577284250100899840?s=20&t=Mnbq5Yh_RiQuVMFoN87tBw
Gerakan sepakat damai ini dilakukan oleh beberapa kelompok suporter termasuk yang berada di area Solo dan Jogja yang merupakan basis pendukung dari klub Persis Solo, PSS Sleman, PSIM Jogjakarta, Persiba Bantul, dll. Dengan adanya gerakan ini, mereka berharap rivalitas atau dendam yang selama ini bisa segera diakhiri.
Mereka pun mengungkapnya dengan beragam cara dan bentuk. Ada yang mulai menghilangkan simbol-simbol yang berbau dendam, melakukan pertemuan di beberapa lokasi untuk memproklamirkan perdamaian, dan bahkan ada juga yang berusaha membuat mural-mural dan spanduk yang berisikan pesan damai di beberapa wilayah di Solo dan Jogja.
https://twitter.com/Anugrah_oonx/status/1577688396276768768?s=20&t=Mnbq5Yh_RiQuVMFoN87tBw
Munculnya seruan ini ternyata memantik beberapa kelompok suporter lainnya di berbagai wilayah di Indonesia. Termasuk dilakukan oleh Bonek di Surabaya, Persikmania di Kediri, dan beberapa kota di Indonesia. Mereka melakukan doa bersama untuk Aremania korban tragedi Kanjuruhan dan sambil melakukan deklarasi perdamaian.
Tentu harapannya tagar #SepakatDamai semakin menggema dan lebih didengar oleh seluruh lapisan suporter di berbagai klub di Indonesia. Kesadaran secara kolektif akan perdamaian harus terus diteruskan agar olahraga sepakbola ini, bukan menjadi ajang permusuhan melainkan menjadi wadah untuk menyatukan.