Arema Selalu Menjadi Kebanggaan Arek Malang

Kota Malang pada era 1980-an konon terpecah menjadi blok-blok yang bersaing satu sama lain. Geng-geng yang kerap adu otot ini membuat kondisi Malang tidak kondusif.

Acub Zainal, eks Gubernur Irian Jaya yang saat itu berstatus sebagai administratur Galatama memberikan tantangan kepada putranya, Lucky, untuk membentuk klub sepakbola di Malang.

Sebagai seorang prajurit yang pernah bertugas di kota Apel, keprihatinan Acub Zainal dengan kondisi Malang membuatnya memiliki sebuah cita-cita.

Cita-cita Acub Zainal adalah mengangkat harkat dan martabat Malang beserta masyarakatnya melalui sepakbola.

Acub Zainal berharap klub sepakbola tersebut akan menjadi sebuah identitas diri dan kebanggaan Arek Malang.

PS. Arema yang bercikal bakal dari Armada 86 kemudian didirikan melalui sebuah badan hukum yang berbentuk yayasan pada tanggal 11 Agustus 1987.

Selanjutnya yang terjadi adalah sebuah sejarah, keinginan mengangkat harkat dan martabat Malang dan masyarakatnya lewat sepakbola disambut dengan persatuan Arek Malang dalam mendukung Arema.

Perlahan tetapi pasti dukungan dari publik Malang mampu didapat. Memiliki julukan Singo Edan, tiket partai kandang yang dilangsungkan di Stadion Gajayana hampir selalu ludes terjual.

Stadion Gajayana menjadi saksi bisu kreativitas pendukung klub dengan baju kebesaran berwarna biru itu yang disebut Aremania.

Arek Malang yang dulu bersaing satu sama lain lantas bahu-membahu menelurkan kreativitas dan yel-yel dalam mendukung dan membela identitas diri mereka.

Aremania boleh dibilang sebagai salah satu pionir suporter kreatif di Indonesia. Meskipun Arema tidak banyak diperkuat pemain bintang setiap musimnya, dukungan tak kenal lelah Aremania membuat Singo Edan selalu tampil total di atas lapangan.

Pada awal berdirinya, kekuatan finansial yang seadanya tidak membuat Singo Edan kering prestasi. Pada tahun 1992, Arema mampu menjuarai Galatama dan tampil di kejuaraan antarklub Asia.

BACA JUGA:  Persela dan Cita-Cita Panjang Menuju Kejayaan

Peleburan kompetisi Galatama dan Perserikatan tidak membuat eksistensi Singo Edan terancam.

Tanpa menggunakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), Arema sukses lolos ke babak 8 besar Liga Indonesia tiga tahun beruntun yakni pada kompetisi tahun 1999 sampai tahun 2002.

Pada tahun 2003, kesulitan finansial membuat Lucky terpaksa menjual Arema yang saat itu terjerembab di jurang degradasi.

PT. Bentoel perusahaan rokok asal Malang kemudian mengambil alih Arema ditandai dengan akuisisi Yayasan Arema oleh PT. Bentoel.

Era Bentoel boleh dibilang merupakan era keemasan bagi klub. Singo Edan mampu menjuarai Divisi Satu tahun 2004 dan merengkuh gelar Copa Indonesia pada tahun 2005 dan 2006 dan lolos ke babak 8 besar Divisi Utama Liga Indonesia tahun 2005, 2006 dan 2007.

Era kepemilikan Bentoel kemudian berakhir pada tahun 2009 sebab Bentoel yang diambilalih British American Tobacco (BAT) memutuskan untuk melepas kepemilikan Arema.

Meski bukan berstatus unggulan dan tidak dipenuhi pemain bintang serta ditinggal mundur oleh Pembina Yayasan Arema sejak September 2009, Arema mampu menjuarai Indonesia Super League 2009/2010.

Gelar juara yang dirayakan dengan sukacita tersebut adalah awal dari perpecahan yang masih dirasakan Arema sampai saat ini.

Perpecahan kepengurusan Yayasan Arema saat Arema berada di puncak kejayaan dan kekisruhan federasi berdampak langsung pada klub.

Kini di usianya yang ke-34 tahun, Arek Malang harus menerima kenyataan bahwa dualisme Arema belum tuntas. Perjuangan menyelesaikan pahitnya dualisme masih sangat panjang.

Arek Malang masih harus terus berjuang dan berlapang dada menerima kenyataan. Mereka juga mesti menemukan titik temu untuk kemudian bergandengan tangan menuju satu tujuan.

Tujuannya apalagi kalau bukan mengembalikan harkat dan martabat Arek Malang serta menjaga marwah Arema sebagai kesebelasan hebat di kancah sepakbola nasional.

BACA JUGA:  Arema: Mengubah Identitas dan Kultur Arek Malang

Dalam hidup ini selalu ada kegagalan

Perjuangan adalah sejuta tantangan

Lapang dada, jiwa besar menerima kenyataan yang ada

Kekalahan adalah jalan menuju kemenangan

Tiada kata putus asa terlintas di dalam jiwa

Tetap tegar dan percaya di dalam dada

Semangat membara

Kami Arema terus berjuang sepanjang masa

Kami Arema tak peduli segala rintangan

Tak ada kata menyerah

(Lirik lagu Tegar- Arema Voice)

Komentar
Menyukai sepakbola. Menggemari klub yang sudah tiada. Bisa disapa via akun Twitter @ramawombar