Esensi Sergio Ramos bagi Real Madrid

Setiap tim sepakbola, pasti memiliki setidaknya satu pemain yang paling bisa diandalkan dalam skuadnya. Lionel Messi di Barcelona, Cristiano Ronaldo di Juventus, Mohamed Salah di Liverpool, sampai Boaz Solossa di Persipura. Kehilangan figur andalan bisa mendatangkan efek negatif. Hal itulah yang dirasakan Real Madrid ketika Sergio Ramos absen.

Los Blancos sedang dalam tren buruk saat mengawali musim kompetisi 2020/2021. Mereka ditimpa kemalangan usai menelan sepasang kekalahan, baik di kancah La Liga Spanyol maupun Liga Champions. Secara mengejutkan, Madrid tumbang dari Cadiz via skor 0-1 (17/10) dan bertekuk lutut 2-3 di hadapan Shakhtar Donetsk (21/10).

Kian terasa memalukan sebab Madrid tak pernah kalah dari Cadiz sejak tahun 1991 dan mereka kudu berhadapan dengan skuad Shakhtar yang sejatinya pincang gara-gara sepuluh pemainnya absen akibat cedera serta dinyatakan positif Covid-19.

Ketiadaan Ramos sebagai benteng di lini pertahanan, bahkan disinyalir sebagai biang keladi kekalahan dari Shakhtar. Dalam partai tersebut, Zinedine Zidane terpaksa menduetkan Raphael Varane dengan Eder Militao sebagai pelindung bagi Thibaut Courtois.

Nahasnya, keputusan sang pelatih berujung petaka sebab pemain-pemain Shakhtar begitu gampang mengekspos kelemahan di sektor pertahanan Los Blancos dan sukses melesakkan tiga gol sekaligus di satu babak. Ironis, dua dari tiga gol itu berasal dari blunder Militao dan own goal Varane.

Kalau harus mundur sedikit, Madrid juga melakoni laga terakhirnya di Liga Champions (musim 2019/2020) melawan Manchester City tanpa Ramos. Zidane pun memasang duo Militao-Varane di pos bek sentral. Hasilnya? Madrid keok 1-2 di mana gol-gol The Citizens lahir berkat blunder Varane.

Layaknya Ronaldo saat memperkuat Madrid dahulu, presensi Ramos juga memiliki arti penting bagi Los Blancos. Absensinya membuat Madrid kehilangan keseimbangan dan kekuatan. Terlebih, ia merupakan kapten tim dan sosok terlama yang menghuni skuad sehingga pengaruhnya sangatlah besar.

BACA JUGA:  Memahami Transfer Manuel Locatelli dari Football Manager

Ramos memang bukan pemain sembarangan. Salah satu kelebihan yang ia miliki adalah kemampuan membaca permainan dengan sangat baik. Hal itu membuatnya piawai melakukan antisipasi saat lawan melakukan serangan. Ditunjang dengan pemosisian diri yang prima, bikin Ramos jadi bek tengah yang sulit dilewati.

Selain berguna di fase defensif, ia juga krusial dalam fase ofensif permainan Madrid. Bahkan keterampilannya mengeksekusi penalti membuat pria kelahiran Camas, 34 tahun silam itu, jadi algojo nomor satu Los Blancos setiap kali beroleh tendangan dua belas pas.

Pada musim ini, Madrid tak melakukan banyak aksi di bursa transfer musim panas. Zidane terlihat yakin dengan kemampuan armada tempurnya dalam mengarungi musim 2020/2021. Selain itu, Madrid juga sedang berhemat karena proyek renovasi Stadion Santiago Bernabeu yang menelan biaya masif tetap dilanjutkan di tengah krisis akibat pandemi Covid-19.

Di pos bek sentral yang ditempati Ramos (dan Varane), Madrid punya dua opsi pelapis yakni Militao dan Nacho. Dinilai dari sisi manapun, semuanya terlihat cukup kendati saya sendiri tidak begitu yakin kemampuan mereka berdua setara dengan kebutuhan Madrid.

Malang tak dapat ditolak, Zidane terpaksa menggeser Nacho ke pos bek kanan untuk sementara waktu sebab dua fullback kanan Madrid, Dani Carvajal dan Alvaro Odriozola, sedang dirundung cedera. Militao pun berdiri sebagai sosok alternatif tunggal di pos bek tengah.

Sebetulnya, Los Blancos menaruh asa kepada Jesus Vallejo. Namun performanya yang belum konsisten mendorong pihak klub untuk meminjamkannya ke Granada sebagai upaya menambah pengalaman serta mendapatkan menit bermain lebih banyak. Menurut saya, keadaan ini membuktikan bahwa armada perang pimpinan Zidane tak memiliki kedalaman yang cukup.

BACA JUGA:  Kisah Kejayaan New Balance Bersama Liverpool

Sebagai tim besar dengan target segudang saban musimnya, Madrid seharusnya memiliki skuad dengan kualitas setara, baik mereka yang jadi langganan starting eleven maupun para penghuni bangku cadangan. Apalagi mereka turun di sejumlah kompetisi dan berimbas pada jadwal laga yang padat. Artinya, rotasi begitu dibutuhkan guna menjaga level kompetitif tim sekaligus kebugaran para penggawa.

Dalam partai melawan Shakhtar kemarin, ketiadaan Ramos meninggalkan lubang yang sangat besar di lini belakang Los Blancos. Zidane tentu menyadari hal itu. Beruntung, saat menjalani partai El Clasico kontra Barcelona (24/10), sang kapten sudah kembali merumput.

Tanpa tedeng aling-aling, Madrid sukses membungkam rival bebuyutannya itu di kandangnya sendiri, Stadion Camp Nou, lewat kedudukan akhir 1-3. Ramos pun berhasil mencatatkan namanya di papan skor usai mencetak gol dari titik putih sekaligus mereduksi daya ledak lini serang Blaugrana yang dikomandoi Messi.

Saya pun membayangkan, jika bermain tanpa Ramos di laga El Clasico, mungkinkah Madrid tetap pulang dari tanah Catalan dengan mengantongi kemenangan?

Adalah kabar baik untuk Madrid dan seluruh pendukungnya saat Ramos dalam keadaan bugar. Pasalnya, pemain bernomor punggung 4 ini merupakan jaminan mutu buat sektor belakang dan mempunyai esensi yang luar biasa bagi Los Blancos.

Walau demikian, Madrid juga harus mempersiapkan pengganti sepadan untuknya mengingat sang kapten tak lagi muda. Entah dengan merekrut penggawa anyar dengan kualitas jempolan dan berbanderol mahal seperti Ramos atau memoles pemain yang ada di skuad agar terus berkembang serta mampu menyamai level ayah dari empat orang anak tersebut.

Komentar
Seorang penggemar Real Madrid yang sedang menjalani masa kuliah di Universitas Negeri Surabaya. Dapat dihubungi di akun Twitter @RijalF19.