Narasi besar berupa sepakbola Indonesia berjalan di tempat itu sebenarnya salah. Jika melihat kinerja federasi, terutama dalam menyikapi problematik pandemi, bisa dibilang bahwa sepakbola kita berjalan mundur.
Pun tidak bisa menyalahkan sepakbola negeri orang yang tengah berjalan dan berkembang pesat. Entah berjalan perlahan seperti Kamboja atau berkembang cepat seperti Thailand.
Bisa dibilang, sepakbola Indonesia kalah di berbagai sektor. Jika kita tidak menyinggung fanatisme, sepakbola Indonesia punya apa? Tim seakan memperebutkan piala kosong bernama liga domestik di saat Johor Darul Ta’zim (JDT) bergairah luar biasa menyongsong prestasi di kancah Asia.
Tim dalam negeri puas dengan gelar pra-musim bernama Piala Presiden atau Piala Menpora ketika tim asal Thailand, BG Pathum United, siap melontarkan timah panas berupa gelora menyongsong kiprah di Benua Kuning.
Selayang Pandang Si Kelinci dari Pathum Thani
Seperti kebanyakan tim-tim Thailand yang lahir pada era 1970-an dan 1980-an, tim ini lahir dalam kandung badan sebuah perusahaan bernama Bangkok Glass. Perusahaan yang dirintis pada 1974 tersebut merupakan perusahaan berbasis glass-bottling pertama yang bermukim di provinsi Pathum Thani.
Pada 1979, dibentuklah sebuah klub bernama Bangkok Glass FC yang berisikan para karyawan perusahaan tersebut. Tim ini dibentuk sebagai tempat berkumpulnya para karyawan untuk mengikuti kompetisi internal.
Pada tahun 1989, mereka mengikuti kompetisi eksternal pertama yang berbasis tim-tim pabrik di kawasan Pathum Thani.
Menurut catatan, tim ini membentuk sebuah kesebelasan secara substansial pada 1999. Namun masih banyak diisi oleh para karyawan.
Berbenah menjadi pilihan utama dan menjadi sebuah bentuk tim yang berisikan para atlet profesional serta memiliki tujuan yang lebih jelas pada tahun 2006.
Bangkok Glass berdiri secara resmi pada tahun tersebut dan menjadi kekayaan baru dalam sejarah perkembangan sepakbola Thailand. Kompetisi resmi pertama mereka sebagai sebuah tim adalah Piala Ngor Royal 2007/2008 dengan hasil memuaskan yakni runner up.
Sepakbola Thailand menentukan langkah krusial pada tahun 2007. Tim-tim yang ada diminta mendirikan badan usaha berbasis kedaerahan. Hal ini dilakukan supaya klub-klub itu nantinya bisa menghidupi dirinya sendiri.
Hal ini menjadi sebuah simbiosis mutualisme antara sepakbola Thailand dan tim. Bagi Thailand sendiri, para investor jadi kian tertarik menanamkan modalnya sebab sepakbola di Negeri Gajah Putih berubah menjadi lahan industri baru.
Bagi tim, tentu mencari sebuah fanatisme massa di tiap daerah adalah krusial. Kesebelasan yang ada harus memiliki ciri kedaerahannya. Alhasil, keadaan itu memancing fanatisme masyarakat akan sepakbola Thailand.
Pelan tetapi pasti, rivalitas tersaji. Seperti yang terjadi di antara Buriram United dan Muangthong United yang penuh bara.
Selain itu, keuntungan bagi tim adalah dibenahinya regulasi federasi sepakbola Thailand (FAT) yang bertujuan untuk memudahkan klub peserta dalam menyesuaikan diri dengan regulasi AFC Club Licensing System.
Ya, lebih baik ribet persiapan daripada persiapan yang diadakan secara mendadak. FAT memberikan kenyamanan bagi tim sebab itulah tugas federasi.
Nahasnya, ada pula beberapa tim yang tidak bisa mengejar ekosistem baru di sepakbola Thailand. Contohnya adalah tim legendaris Krung Thai Bank FC.
Siluman Kelinci yang Banyak Berbenah
Krung Thai Bank FC yang bermarkas di Bangkok ini mengundurkan diri lantaran tidak dapat memenuhi ketentuan yang ditentukan oleh AFC mengenai pendaftaran sebagai badan hukum.
Pada 2009, mereka dibeli oleh Bangkok Glass dan The Rabbits diperkenankan bermain di kasta tertinggi Liga Thailand, saat itu bernama Thai Premier League.
Krung Thai Bank FC saat itu masih bermain di Piala Ratu edisi 2009. Bisa dikatakan, Bangkok Glass “membeli” lalu mengisi posisi tim tersebut dalam ajang Thai Premier League.
Pada akhir musim 2009, tim yang pernah jadi kampiun Thailand medio 2002 dan 2003 itu akhirnya menyerah dan meninggalkan warisannya berupa cerita.
Jika di Indonesia, tentu Bangkok Glass akan mendapat label “Tim Siluman”. Namun Bangkok Glass berdikari bukan tanpa upaya. Pada tahun 2008, tim ini termasuk pihak yang siap dalam mengikuti regulasi baru dari FAT.
Selain didukung oleh finansial yang baik, mereka mendirikan BGFC Sport Company Limited untuk mengelola klub dan sesuai dengan pedoman AFC.
Tahun demi tahun berlalu, Si Kelinci lalu menjadi besar dan populer, setidaknya bagi penduduk Pathum Thani. Pada tahun 2010, gelora besar ditunjukan dengan renovasi besar-besaran Stadion Leo sebagai markas Bangkok Glass.
Pada tahun 2017, Josep Ferré naik jabatan dari yang semula asisten menjadi kepala pelatih. Saat itu pula ditandai perubahan besar-besaran tim ini dengan mengubah logo, warna, dan rumput Stadion Leo menggunakan rumput asli.
Nahas, pada edisi 2018 The Rabbits terdegradasi dengan perbedaan poin yang tipis dari kesebelasan di atas mereka pada gelaran kompetisi yang sudah diberi nama baru, Thai League 1.
Si Kelinci mengumpulkan 42 poin, sama seperti Chainat Hornbill. Mereka juga hanya kalah selisih satu poin dari Sukhothai dan Ratchaburi Mitr Phol.
Pada edisi ini, Bangkok Glass jadi korban perubahan tim yang terdegradasi. Bila sebelumnya tidak, kali ini ada lima kontestan yang mesti turun kasta.
Setelah degradasi, klub membaptiskan diri sebagai representasi daerah, yakni provinsi Pathum Thani. Nama mereka berubah menjadi BG Pathum United. Seakan membawa keberuntungan, mereka tak perlu menunggu waktu lama untuk naik kasta lagi.
The Rabbits Juara Thai League 1 2021
Setelah 2018 mengalami degradasi, BG Pathum United bangkit pada edisi 2019 dengan menjadi kampiun Thai League 2 guna mendapat tiket promosi ke Thai League 1.
Ada banyak pembenahan yang dilakukan supaya The Rabbits tak sekadar numpang lewat. Beruntung, tim disokong keuangan yang sehat dan stabil.
Diisi pemain bertabur bintang seperti gelandang senior Sarach Yooyen dari Muangthong United, bek tangguh Andres Tunez dari Buriram United, plus striker menyeramkan Diogo Luis Santo yang direkrut dari JDT, BG Pathum berani menantang kontestan lain.
Terlebih, Teerasil Dangda memutuskan pulang usai berpetualang di Jepang bareng Shimizu S-Pulse. Kekuatan BG Pathum pun kian meningkat.
The Rabbits tampil eksepsional sepanjang musim dan akhirnya keluar sebagai kampiun Thai League 2020/2021. Mereka mengunci titel setelah mengungguli Buriram United dengan selisih poin yang sangat jauh.
Ini merupakan trofi liga perdana yang sukses dicomot BG Pathum dan memberi kebanggaan tersendiri bagi masyarakat provinsi Pathum Thani.
Berdiri, sempat terkulai, dan akhirnya bangkit menjadi gambaran perjalanan BG Pathum dalam konstelasi sepakbola Thailand.
The Rabbits tak boleh lagi dipandang sebelah mata. Mereka akan selalu melompat ke depan, layaknya kelinci, untuk membuktikan kapasitasnya dan bersaing dengan tim-tim kuat lainnya di Negeri Gajah Putih.