Pulang ke kotamu
Ada setangkup haru dalam rindu
Masih seperti dulu, tiap sudut menyapaku bersahabat
Penuh selaksamana
Terhanyut aku akan nostalgi saat kita sering luangkan waktu
Nikmati bersama suasana Jogja
Sebuah grup musik ternama, KLA Project, pernah menciptakan sebuah lagu yang berjudul Yogyakarta. Penulis mungkin tidak begitu paham mengenai apa arti atau makna sebenarnya dari lagu yang dilantukan oleh Katon Bagaskara ini, tetapi penulis mengartikannya sebagai lagu yang bertema kerinduan. Kerinduan seorang lelaki untuk kembali menikmati kota Yogyakarta bersama dengan perempuan yang dikasihi dan dicintainya. Dalam lagu ini, seolah diterangkan bahwa sang lelaki sudah tak dapat bersatu dengan kekasihnya lagi. Namun, kerinduan dengan sang kekasih dapat diobati dengan kembalinya ia ke Yogyakarta.
Dalam dunia sepak bola juga terdapat yang namanya kisah percintaan, salah satunya adalah kisah cinta antara seorang pemain dengan klub yang dibela. Bagi penikmat sepak bola, besarnya cinta dan kesetiaan seorang pemain, seperti Xavi Hernandez, Francesco Totti, dan Paulo Maldini kepada klubnya masing-masing dapat dikatakan sebagai love story yang lebih indah dibandingkan dengan kisah cinta dalam film drama Box Office sekalipun. Tak terkecuali “drama” antara Iker Casillas dengan “kekasihnya”, Real Madrid, yang harus berakhir menyedihkan. Ya, cinta sang legenda yang telah berulang kali memberi kebanggaan kepada El Real, beserta fans-nya dengan tangan yang ia miliki harus berakhir dengan bertepuk sebelah tangan. Mengapa bertepuk sebelah tangan? Mari kita kembali sebentar ke lagu tersebut.
Musisi jalanan mulai beraksi
Seiring laraku kehilanganmu
Merintih sendiri di telan deru kotamu
“Aksi” apa yang dimaksud? Aksi yang dimaksud adalah para musisi jalanan mengeluarkan nada-nada indah dari alat musik dan suara nyanyian mereka, yang dapat menjadi penghibur rasa sedih dan duka. Namun, nada-nada indah yang keluar dari mulut manusia tak hanya berupa nyanyian, tetapi juga dapat berupa ucapan terima kasih. Ucapan “terima kasih”, “semoga sukses”, dan lain-lain yang disampaikan oleh rekan-rekan dan mantan rekan Casillas di Real Madrid mungkin dapat menjadi obat pelipur lara dari rasa sedih dan (mungkin juga) rintihan hati sang kapten. Ya, Casillas menangis saat konferensi pers terakhirnya. Nampak amat sulit baginya untuk meninggalkan tim, keluarga, dan juga kota yang ia cintai, tetapi masih ada lagi kah yang ditangisi Casillas selain ketiga hal tersebut?
Mari kita beri sedikit perbandingan dengan legenda klub rival Real Madrid, yaitu Xavi Hernandez di Barcelona. Baik Casillas, maupun Xavi sudah berjasa lebih dari 20 tahun untuk klub yang mereka bela dan mereka sudah memberikan segalanya. Namun, terkesan tidak ada perayaan ataupun ucapan terima kasih yang megah dan layak dari kubu Real Madrid untuk menghormati jasa seorang legenda bernama Iker Casillas. Hal ini kontras dengan Xavi Hernandez yang dilepas oleh Barcelona. Tampak, tim Catalan terlihat lebih mampu untuk memberikan penghargaan yang lebih layak kepada Xavi Hernandez. Perginya Iker Casillas terkesan hanya seperti melepas seorang “pemain biasa” ke klub lain. Ketika nilai transfer dan gaji sudah deal, lalu ya sudah. Selesai.
Jangan lupakan juga perlakuan beberapa fans Real Madrid musim lalu yang “tega” mencemooh dan terkesan tidak menunjukkan respect mereka kepada seorang legenda. Ya, Iker Casillas legenda klub kebanggaan mereka yang sudah memberikan banyak gelar, seperti La Liga, Liga Champion Eropa, Copa Del Rey, Piala Super Spanyol, Piala Super Eropa, Piala Intercontinental, dan Piala Dunia Antarklub semuanya sudah diberikan. Sungguh tidak adil rasanya jika melimpahkan kegagalan Real Madrid untuk meraih gelar musim lalu hanya pada Iker Casillas, legenda yang seharusnya dihormati dengan sepenuh hati.
Izinkanlah aku untuk selalu pulang lagi
Bila hati mulai sepi dan tak terobati
Bagaimana pun, Casillas tetaplah Casillas. Ia akan terus mencintai Real Madrid sampai kapan jua. Hal itu dibuktikan saat konferensi pers terakhirnya dengan mengatakan, ”Ingatlah selalu, ke mana pun aku pergi aku selalu meneriakkan: Hala Madrid!”. Ya, ke mana pun Casillas pergi, kota Madrid dan Estadio Santiago Bernabeu akan selalu menjadi “rumahnya”.
Ketika Casillas sudah pensiun nanti, dan saat hatinya mulai merasa sepi, maka Casillas akan kembali ke kota Madrid. Pulang bersama anak, istri, dan keluarganya ke kota yang ia cintai. Bahkan, Casillas mungkin juga akan kembali ke Real Madrid, yang sudah ia anggap sebagai kekasih, dengan peran yang berbeda. Ketika waktu itu tiba, mungkin barulah Real Madrid dan para fans yang sempat mencemooh itu mau memaafkan, menyadari, mengakui, dan berani dengan lantang berkata bahwa, ”Casillas adalah legenda Real Madrid!”. Ya, karena terkadang kita baru dapat menganggap sesuatu itu berharga ketika sesuatu itu sudah tidak ada.
Kita juga tentu bertanya-tanya siapakah pengganti Casillas musim depan. Apakah David De Gea? Beberapa sumber telah menyatakan bahwa De Gea juga sudah rindu dengan kampung halamannya. Namun, apakah pulangnya De Gea akan disambut hangat oleh penduduk kota Madrid? Mengingat penduduk kota Madrid tidak hanya fans Real Madrid saja, melainkan ada juga fans Atletico Madrid yang “siap” untuk memberikan cap “pengkhianat” kepada De Gea jika ia bergabung dengan Real Madrid.