Baik Chelsea maupun Arsenal sama-sama menemui banyak kesulitan dalam melewati lini pertama pressing lawan. Umpan mendatar maupun umpan melambung langsung dari lini belakang ke lini depan tuan rumah lebih sering digagalkan bek-bek Arsenal. Hal yang sama juga ditemui dalam permainan Arsenal.
Pertandingan berakhir imbang tanpa gol dan walaupun keduanya tidak terlihat istimewa, tetapi Meriam London tampil sedikit lebih baik dalam hal menciptakan peluang bernilai lebih tinggi (lihat infografik expected goal di akhir tulisan).
Arsenal mempersulit semua pola serang Chelsea
Kenapa hal ini perlu dikedepankan, karena musim lalu, keberadaan Eden Hazard dan Diego Costa mampu menimbulkan banyak kerusakan di dalam pertahanan Arsenal.
Musim ini, dengan cederanya Hazard dan Alvaro Morata yang masih beradaptasi serta berbeda kemampuan dengan Costa tentunya menimbulkan efek taktis dalam pola serang Chelsea. Di sinilah faktor-faktor ini menjadi bagian krusial pertandingan.
Ketika Chelsea membangun serangan dari belakang, Arsenal memainkan pressing blok tinggi dengan pendekatan pressing yang berorientasi ke pemain lawan (man-oriented pressing). Tiga pemain dari lini pertama pressing Arsenal berorientasi ke ketiga pemain belakang Chelsea.
Di lini kedua, apabila N’golo Kante dan/atau Cesc Fabregas bergerak mendekat ke lini pertama untuk menawarkan bantuan, Granit Xhaka dan/atau Aaron Ramsey yang akan melakukan pengawalan kepada kedua gelandang Chelsea tadi.
Di lini terakhir, ketiga penyerang Chelsea pun selalu diawasi oleh tiga pemain belakang Arsenal. Kekuatan pressing Arsenal diuji di sini. Kenapa demikian, karena, sejak musim lalu, model permainan Conte adalah memainkan umpan (dari area) dalam atau deep pass oleh bek atau gelandang tengah kepada satu dari tiga penyerang Chelsea.
Musim lalu, Diego Costa dan Eden Hazard yang banyak ditugaskan untuk menyediakan kedalaman vertikal (vertical depth) ketika Chelsea memainkan deep pass yang dimaksudkan.
Bagaimana bek lawan mampu tepat waktu dalam melakukan pressing ke arah depan (onward pressing) menjadi bagian penting dalam menghambat progres serangan The Blues.
Di pertandingan menghadapi Arsenal tadi malam, Chelsea tidak terlihat berfokus ke salah satu trio penyerangnya untuk bertindak sebagai penyedia kedalaman vertikal.
Ketiga penyerang Chelsea, secara bergantian, menjadi sasaran deep pass. Dan trio bek Arsenal sangat mampu menanganinya. Pujian besar layak diberikan kepada bek Arsenal dalam hal ini.
Pemain lini belakang Arsenal sangat berhasil mengantisipasi dan menghentikan pola progres semacam ini. Walaupun sempat kecolongan di babak pertama akibat koordinasi offside yang berantakan, tetapi dalam banyak situasi lain, pasukan Arsene Wenger mampu membaca dan menangani deep pass dari bek Chelsea ke para penyerangnya.
Model lain dalam build up Chelsea adalah memanfaatkan kedua gelandang tengah atau bek sayap untuk melakukan progres bola dari belakang ke depan. Dalam model ini, bola dari lini belakang dimainkan ke area tengah di mana Fabrregas, Kante, atau bek sayap berada.
Ketika Chelsea terlihat (terlalu) pasif atau statis, pressing Arsenal akan dengan nyaman memblokir semua opsi-opsi umpan pendek-aman dari bek ke gelandang tengah atau ke sayap. Kondisi inilah yang pada gilirannya memaksa lini belakang Chelsea untuk melambungkan bola langsung jauh ke depan.
Dan, lagi-lagi, Morata merupakan opsi utama dalam pola progres yang mengandalkan umpan melambung. Alternatif lain sebagai target umpan adalah Marcos Alonso.
Tetapi, cara ini pun “tidak menemukan harinya”, karena berkali-kali pemain belakang Arsenal mampu memenangkan duel udara langsung maupun memenangkan bola kedua yang merupakan bola liar hasil duel udara.
Chelsea sendiri sesekali sukses membuat gelandang tengahnya menjadi “pemain bebas”. Caranya, memanfaatkan salah satu dari trio penyerangnya untuk turun dan mendekat ke lini gelandang.
Turunnya, salah satu penyerang di sini membuat konsentrasi Xhaka dan Ramsey terpecah yang menyebabkan Kante mendapatkan ruang untuk menerima umpan.
Dari umpan Cesar Azpilicueta, Kante lantas menyasarkan umpannya kepada Victor Moses yang berlari ke depan melalui koridor sayap untuk kemudian melakukan umpan silang melambung. Mekanisme penciptaan peluang melalui bek sayap ini juga merupakan metode lain dalam fase penciptaan peluang Chelsea.
Menghadapi Arsenal, cara ini pun gagal membuat Chelsea mendapatkan peluang tembak bernilai tinggi (expected goal bernilai tinggi) dikarenakan, lagi-lagi, pemain belakang Arsenal berhasil mengawal Morata atau siapa pun yang menjadi sasaran umpan silang dengan baik.
Alvaro Morata terlalu banyak kehilangan bola dalam posisi menerima umpan membelakangi gawang lawan (lihat infografik kedua di atas).
Ini tentu menjadi pekerjaan rumah bagi Morata dan juga Conte. Karena, musim lalu, dengan keberadaan Costa, ada indikasi bahwa Costa lebih mampu mempertahankan bola dalam situasi dirinya menerima umpan membelakangi gawang lawan. Dan dari kemampauan Costa inilah Chelsea mendapakan banyak situasi serang menjanjikan.
Serangan Arsenal
Seperti yang disampaikan di atas, Laurent Koscielny dan kawan-kawan berhasil menghambat pola serang The Blues. Sejatinya, bahkan, bukan hanya menghentikan tetapi Arsenal banyak mendapatkan peluang berharga yang diawali oleh keberhasilan mereka menghentikan deep pass Chelsea.
Dalam lebih banyak kesempatan, The Gunners berhasil mendapatkan peluang tembak dikarenakan keberhasilan mereka memanfaatkan momentum dalam fase transisi (serangan balik). Selebihnya, dalam fase yang lebih terstruktur, Arsenal gagal menciptakan peluang bernilai bagus.
Contoh di menit ke-17. Umpan Fabregas kepada Morata berhasil digagalkan Mustafi. Gegenpressing Chelsea gagal menghentikan serangan balik Arsenal. Pressing Kante kepada Ramsey membuat Alex Iwobi bebas menerima bola di ruang antaralini tengah dan belakang Chelsea.
Sebuah progres cepat oleh Ramsey dilanjutkan dengan dribble taktisnya sebelum ia memainkan umpan terobosan kepada Bellerin yang melakukan overlap berakhir dengan sebuah umpan kunci (key pass) Bellerin kepada Lacazette.
Contoh lain yang (paling) mengerikan tidak lain tidak adalah peluang tembak Ramsey di menit ke-41. Serangan balik Arsenal yang menghasilkan tembakan membentur tiang oleh Ramsey diawali dari keberhasilan Nacho Monreal memotong umpan Azpilicueta kepada Willian.
Ramsey yang kemudian menerima umpan terobosan Iwobi sukses melepaskan tembakan dari area di depan gawang Chelsea.
Babak kedua
Di babak kedua Conte melakukan perubahan. Pedro Rodriguez keluar digantikan oleh Timoue Bakayoko. Pergantian ini, seperti yang diharapkan Conte, memberikan dimensi lain dalam permainan Chelsea. Bakayoko, seperti yang sudah diperlihatkannya sejak di Monaco, merupakan pemain dengan kekuatan tubuh yang bagus, mampu bermain di ruang sesak, dan punya dribble yang ditunjang oleh kekuatannya.
Di sinilah Bakayoko memberikan perbedaan bagi Chelsea. Dribble-nya di menit ke-53 membuat Chelsea berprogres hingga ke sepertiga akhir.
Perubahan lain adalah Morata. Penyerang Spanyol ini memperlihatkan bahwa ia pun mampu menerima bola dalam posisi membelakangi gawang lawan.
Tidak seperti di babak pertama yang mana berkali-kali pressing bek Arsenal mampu menghentikannya, di awal babak kedua dua kali Morata mampu mengontrol bola dalam posisi membelakangi gawang lawan dan melakukan progres.
Namun, sayangnya, Morata tidak mampu mempertahakan hal ini lebih lama. Seiring berjalannya babak kedua, bek-bek Arsenal kembali berhasil menemukan ritme yang pas untuk menghentikan Morata. Tetapi, bisa dikatakan, Morata memperlihatkan perbaikan penampilan dibandingkan apa yang ditampilkannya di babak pertama.
Di babak kedua, seperti juga di babak pertama, Arsenal pun kerap kesulitan menemukan celah progres melalui overload-overload yang mereka bangun. Pressing Chelsea berhasil menggagalkan kombinasi pendek dalam overload Arsenal.
Salah satu kunci Chelsea adalah keberhasilan mereka menciptakan situasi menang jumlah di sisi sayap di sepertiga tengah lapangan (4v3, misalnya) yang mana keterlibatan pemain dari lini bek juga ikut membantu kestabilan blok pressing.
Selain itu, progres serangan Arsenal yang juga mendayagunakan umpan langsung dari lini belakang ke depan pun dapat dibaca dan ditangani bek-bek Chelsea. Kerapatan vertikal antara lini belakang dan tengah membuat Chelsea cukup mampu mengamankan bola-bola kedua yang merupakan bola liar hasil dari duel perebutan bola antara bek Chelsea dengan penyerang Arsenal yang menjadi sasaran umpan.
Secara umum, pressing lini pertama Arsenal berhasil mempersulit lini pertama Chelsea untuk menemukan akses progres serangan yang “bersih”. Pola dasar 3-2 atau 3-1-1 dalam build up serangan Chelsea dari lini belakang mampu dihadapi oleh kelima pemain terdepan Arsenal.
Hasilnya, Chelsea memainkan banyak umpan langsung ke depan yang terkadang umpan-umpan ini tidak dengan mudah mampu dikontrol oleh Morata dan kawan-kawan.
Namun, pressing blok tinggi Arsenal cukup berhasil menjalankan tugasnya, tetapi, anak asuh Wenger ini masih memperlihatkan beberapa kebiasaan lama yang menjengkelkan.
Salah satunya adalah koordinasi pressing yang terkadang malah membuka celah di pertahanan. Salah satu yang paling aneh adalah momen di mana pergerakan pressing Ramsey memberikan celah bagi Bakayoko mengakses Kante. Kejadiannya di menit ke-64.
Aaron Ramsey tadinya sukses memblokir akses Bakayoko ke Kante. Tetapi, tiba-tiba pemain Wales tersebut bergeser ke half space kiri Arsenal. Tidak diketahui pasti apa penyebabnya Ramsey melakukan pergerakan tersebut.
Tetapi, kalau melihat bahwa ada Willian di belakang Welbeck, ada kemungkinan Ramsey ingin menutup akses Bakayoko ke Willian – padahal ada Danny Welbeck yang mengawal Willian. Sayangnya, apa yang dilakukan Ramsey malah membuka akses gampang Bakayoko ke Kante.
Masuknya Hazard jelang menit ke-70 kembali memberikan penyegaran bagi Chelsea. Dengan hadirnya Hazard, Chelsea memiliki opsi lain ketika mereka memainkan umpan langsung dari belakang ke depan.
Hazard sendiri, seperti juga Willian, terus bergerak di sepanjang lini depan dari kanan ke kiri. Walaupun belum memberikan hasil maksimal, tetapi kemampuan Hazard bermain di ruang sesak menciptakan kerepotan tersendiri bagi pertahanan Arsenal.
Penutup
Arsenal lebih mampu menciptakan peluang bernilai tinggi. Ada kemungkinan, ini lebih banyak terjadi di babak pertama.
Pun demikian, kualitas permainan yang ditampilkan keduanya dalam pertandingan ini bisa dikatakan seimbang. Arsenal “lebih menusuk” di babak pertama sementara Chelsea memperbaiki kualitas progres serangan mereka di babak kedua.