Pekerjaan Rumah Untuk Pria Setubal Jose Mourinho

“What is playing well? It is scoring more goals than the opponents, conceding less, making your fans proud because you give everything and you win. It is everything at the same time. I want to win. I want everything.”

Ini jawaban kedua dari pertanyaan kedua para jurnalis di konferensi pers saat perkenalan Jose Mourinho sebagai manajer Manchester United lalu.

Jawaban ini muncul saat jurnalis mulai menyisipkan pertanyaan retoris tentang target Setan Merah bersama eks manajer FC Porto ini di musim perdana mereka usai masa suram di bawah era David Moyes dan Louis van Gaal.

Satu bulan berjalan, semua tampak sesuai seperti rencana Jose untuk United. Zlatan Ibrahimovic, penyerang haus gol dari Swedia itu, mulai klop dengan iklim Liga Primer Inggris. Terbukti, ia langsung menyumbangkan tiga gol dari dua pertandingan pertama United di liga.

Paul Pogba, manusia 100 juta euro itu, bermain gemilang pada partai debutnya kala melawan Southampton dan menerima banyak puja-puji sebagai pembelian terbaik Manchester United dalam lima tahun terakhir.

Padahal, itu baru pertandingan pertama. Dan publik lupa, setelah pertama, akan ada kedua, ketiga, dan berturut-turut lagi jumlah pertandingan yang harus dilalui eks pemain Juventus ini untuk membuktikan bahwa label harganya bukan sesuatu yang berlebihan.

Hal terakhir, Jose mulai menemukan posisi yang pas untuk Wayne Rooney. Sang kapten tampak nyaman dengan permainannya dengan sumbangan gol dan asis dalam dua pertandingan pertama tersebut.

Tapi, usai awal musim yang manis, semua lubang keropos di tim asuhan pria Setubal ini mulai tampak. Keroposnya United mulai terlihat tepat ketika pertemuan dengan kawan Jose dari rumah di Catalan dulu, Josep Guardiola, menyapa di kandang.

Pertandingan melawan Pep, seperti yang pernah dialami Jose semasa membesut Real Madrid beberapa tahun lalu, selalu menunjukkan titik balik. Diakui atau tidak, Jose adalah manajer hebat namun tidak memiliki sistem dan ide yang menarik untuk meladeni inovasi brilian Pep.

BACA JUGA:  AC Milan: Setan Merah yang Bangkit dari Keterpurukannya

Berikut beberapa kebobrokan United yang mulai tampak.

Mulai dari menguapnya kegemilangan Rooney di beberapa pertandingan awal, mati kutunya Zlatan ketika tidak mendapat suplai maksimal, tidak menonjolnya Pogba sebagai gelandang tengah, hingga ketidakmampuan Jose mengoptimalkan taktik yang pas untuk menopang kemampuan luar biasa Henrikh Mkhitaryan.

Kita mulai daftar pekerjaan rumah yang harus dikerjakan Jose di Carrington. Dimulai dengan problematika sang kapten, Wayne Rooney.

Banyak suara di beberapa forum suporter United, bahwa formasi terbaik yang paling pas dengan komposisi skuat saat ini adalah 4-3-3. Tapi, itu tak kunjung terjadi, dan jarang dipakai Jose. Pakem awal yang acap kali ia pakai adalah formasi pasaran 4-2-3-1 dengan dua gelandang jangkar dan tiga gelandang serang di belakang Zlatan.

Ini jelas paradoks dari ucapan Jose di konferensi pers perdananya yang mengatakan bahwa Rooney, tidak akan bermain lagi sebagai gelandang di masa kepemimpinannya di United.

Ketika memakai formasi satu penyerang tunggal, mau tidak mau, zona operasi Rooney adalah tetap di pos nomor 10, peran yang ia jalani di masa Van Gaal. Peran ini justru makin menunjukkan kelemahan mendasar kapten timnas Inggris perihal kualitas umpan yang amat buruk.

Permasalah kedua, kehadiran Pogba yang dimainkan di belakang Rooney adalah seburuk-buruknya aib Jose. Pogba adalah satu dari segelintir gelandang kelas dunia saat ini yang piawai dalam melewati lawan, merusak blok struktural lawan, memiliki kualitas tendangan jarak menengah yang baik dan memiliki goal-threat yang tinggi.

Memainkan Pogba, bersanding dengan Marouane Fellaini atau Ander Herrera di posisi jangkar adalah kesalahan kedua Jose Mourinho setelah blunder penempatan Wayne Rooney sebagai gelandang serang di belakang penyerang tunggal.

Pogba adalah jenis gelandang yang bila dioptimalkan berdekatan dengan kotak penalti lawan atau di sekitar half space lawan, niscaya kamu-kamu semua, suporter United yang kaffah, akan menyaksikan penampilan terbaik dari salah satu gelandang terbaik dunia di era modern ini.

BACA JUGA:  Mourinho di Antara Titel dan Status Pelatih Spesialis Gagal

Hebatnya lagi, Jose masih keukeuh menempatkan Pogba di belakang Rooney. Ajaibnya, statistik umpannya sebagai pemain pos nomor 10 lebih banyak backward (umpan ke belakang) daripada ke depan dan membantu progresi serangan United. Maneh teh sehat ieu, Wayne?

Memakai Paul Pogba sebagai gelandang nomor 6 adalah upaya konyol yang pantas diibaratkan dengan membeli sebuah Ferrari namun mengendarainya seperti Avanza atau Xenia. The price tag spoke itself.

Yang ketiga, mengoptimalkan Henrikh Mkhitaryan. Ide Jose untuk setia dengan 4-2-3-1 adalah upaya mubazir untuk menggunakan potensi terbaik dari kapten timnas Armenia ini.

Contoh ini muncul saat laga kontra Manchester City, di mana Mkhitaryan terisolasi di flank sebelah kanan. Ia kerap kehilangan bola dan tidak mampu berada di jalur umpan yang tepat untuk membantu progresi serangan United.

Padahal, selama di bawah asuhan Thomas Tuchel musim lalu, peran false ten yang ia jalani di Borussia Dortmund amat sangat membantu penampilannya.

Memaksa Mkhitaryan beroperasi hanya murni sebagai “pemain sayap kanan” ala Jose Mourinho adalah upaya terbaik untuk menyia-nyiakan bakatnya. Jadi, dengan ketidakmampuan Jose mengoptimalkan Mkhitaryan sejauh ini, apakah boleh mengumandangkan pandangan bahwa Tuchel lebih baik ketimbang Mourinho?

Tiga pekerjaan rumah masing-masing untuk Wayne Rooney, Paul Pogba, dan Henrikh Mkhitaryan adalah daftar things to do milik pria Setubal yang besar di Catalan itu untuk sekali lagi membuktikan mulut besarnya ke khalayak luas bahwa ia masih The Special One.

Sudah dulu ya, kopi saya sudah dingin, sebagai suporter United yang sekarang mulai kaffah, jangan lupa kumandangkan takbir dan tagar #GGMU.

 

Komentar
Penulis bisa dihubungi di akun @isidorusrio_ untuk berbincang perihal banyak hal, khususnya sepak bola.